17

644 101 57
                                    

"Jadi kamu selingkuh dibelakang aku? Di depan anak-anak aku?" Deg! Lisa seperti mati kutu. Baru saja mengganti pakaiannya dengan piyama, bapaknya para tuyul-tuyul ini muncul menampakkan batang hidungnya di walk in closet dengan pakaian kantornya yang menandakan lelaki itu baru pulang. Mata tajamnya menatap serius pada Lisa yang saat ini berdiam diri duduk di depan meja rias.

"Nggak gitu sayang"

"Masih mau ngelak lagi?"

"Aku nggak selingkuh, kamu bisa tanya Agas atau anak-anak kamu sendiri"

"Gak usah bawa anak-anak aku dilingkaran iblis kamu sama mantan kamu itu" Lisa hanya bisa terdiam. Menunduk mencermati semua perkataan tajam Jaehyun. Iya, ia mengakui itu salahnya hingga Axel berani seperti tadi karena ia memberi lelaki itu seolah ruang atau kesempatan. Walaupun hanya kesempatan mengobrol untuk meluruskan semuanya.

Kepalanya semakin pening kala mendengar suara tangisan anak kecil "Kamu ganti baju aja dulu, itu udah aku siapin baju sama air hangat kamu" Ucap Lisa berlalu semboyongan dari hadapan Jaehyun. Bapak tiga anak itu terus menatap lekat sang istri. Ia telah mengetahui semua-muanya mengenai kejadian yang menimpa istrinya hari ini. Tentunya sebagian dari Agas dan sebagian lagi dari informannya. Membiarkan istrinya itu berlalu, membuat wanita berponi itu menahan sesak di dada kala melihat reaksi dinginnya. Memang Axel bajingan iblis. Harus bagaimana lagi ia menghadapinya?

Tidak mungkin bukan jika ia hanya berdiam diri di rumah mengurus anak-anak dan menunggu di rumah saja. Ia seorang ibu rumah tangga anak tiga. Tentu saja perasaan jenuh dan gundah selalu ada jika ia hanya berdiam di rumah. Bahkan ia pernah mengalami fase dimana ia selalu memakai airpods karena tidak kuat dengan tangisan anak-anaknya. Bahkan Jaehyun pun tidak pernah mengetahui itu.

Sekarang Lisa telah berdamai dengan suara tangisan. Sudah lulus dalam cobaan dengan para tuyul-tuyul penglaris usaha suaminya. Jadi alasan terbesar Lisa belum siap memiliki anak lagi karena sejujurnya ia takut. Takut mengalami seperti itu lagi karena ia takut dan masih belum siap. Walaupun anaknya telah ada tiga.

"Mama kakak ma... mainan adek dianculin... hiks.. hiks..." Arsen meraung-raung dilantai bahkan si bungsu Lisa itu sampai nangis tebaring-baring di lantai. Lisa yang paham situasi hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. Nih yang bilang anaknya pada lucu-lucu, bawa, bawa kerumah. Rasakan sehari saja mengurus tiga bocah yang memang lucu ini tapi tiada hari tanpa bertengkar, adu mulut dan berebut mainan.

"Adek langsung gigit Alley ma! Ni liat tangan satunya belum sembuh, terus Alsen gigit Alley lagi"

"Kakak dolong adek ma!" Mendengar kedua anaknya saling beradu argumen saling menguatkan pertahannya membuat Lisa teduduk disamping sulung yang sudah tebantai, tertidur nyenyak. Si sulung ini persis jiplakan bapaknya. Biarpun segaduh dan sebrisik apapun sekitarannya, tidak akan terbangun jika sudah terlelap.

"Berdiri didepan mama sini berdua" Harley mengikuti instruksinya. Berbeda dengan Arsen yang masih menyusun kembali mainannya.

"Adek" Akhirnya tungkai kecilnya berjalan dan berdiri disamping kakaknya.

"Adek gak boleh gitu ya mukul-mukul atau gigit kakak-kakak. Kakak juga gitu jangan dorong-dorong"

"Tapi adek duluan mah jail narik rambut Alley!" Ucap Harley membela dirinya sendiri. Lisa mengangguk. Sebisa mungkin ia akan selalu berusaha menjadi ibu yang netral tidak membeda-bedakan atau meminta anak-anak tertuanya ini mengalah pada anak kecil atau meminta memaklumi adik mereka. Lisa akan melihat seperti apa dulu konteksnya. Tetapi jika memang salah maka akan tetap salah dan yang akan meminta maaf.

"Adeekk... adek gak boleh ya narikin rambut kakak. Kan sakit. Boleh gak mama gigit tangan adek kalau mama kesel?" Ucap Lisa lelah. Sudah lelah ditambah banyak pikiran. Rasa-rasanya ia ingin solo travelling tetapi sejam tidak melihat tiga tuyul ini saja Lisa kangen apalagi sampai meninggalkan tiga tuyul-tuyul ini. Jelas saja ia tidak sanggup.

(2) jj familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang