09

2.7K 259 36
                                    

Sesuai perkataannya tadi, Jaehyun membawa ketiga anak-anaknya ke toko buku terlebih dahulu sebelum membawa tiga bocah itu ikut survey lapangan dan menemaninya meeting selama dua jam kedepan. Terlebih lagi iPad sengaja ia tinggal karena ia ingin mengurangi penggunaan benda elektronik itu kepada anak-anaknya. Memang salahnya terlalu memanjakan mereka dengan game, terlebih lagi ia masih belum bisa meminimalisir waktu jika sudah main game. Jadi ia tidak menyalahkan siapa-siapa anak-anaknya kecanduan game karena ia cukup sadar diri akan hal itu.

Sebenarnya ia pengen marah jika anak-anaknya main game online tetapi ia harus bagaimana? Ia sendiri saja masih bisa seharian main game jika weekend. Pantas saja anak-anaknya menurutinya.

Selesai menurunkan tiga bocah yang mampu membuat mama mereka pusing tujuh keliling, ia menggendong bungsu dan kembar yang berdiri di sisinya masing-masing.

"Papa" panggil Harley.

"Hm"

"Mau beli mainan ya? Satu aja" bocah itu memasang wajah memohonnya. Persis seperti mamanya jika menginginkan sesuatu. Biarpun wajahnya benar-benar jiplakannya, ia rasa kelakuan kedua anaknya ini dituruni Lisa. Oh tidak. Hanya Harvey sedangkan Harley persis seperti adik istrinya itu.

"Iya"

"Alley Alvey gandengan, gaboleh pegang sembarangan. Sini didekat papa" perintahnya.

Sesampainya didalam ia yang menggendong bungsu dan hanya mengekori dua anak laki-laki itu "Wow, papa look at this" tunjuk Harvey ke salah satu buku dinosaurus.

"Dinosaur book" baca Harley pelan karena baru bisa membaca tanpa mengeja.

"This one" tunjuk Harley "Milip papa kalau papa tidul" Jaehyun yang berdiri tepat dibelakang kedua anak kembar itu hanya bisa pasrah ketika wajahnya yang tampan ini disamakan dengan dinosaurus. Sungguh, jika bukan anaknya mungkin sudah ia cubiti mulut anak kecil didepannya ini. Dosa apa yang ia perbuat kepada mamanya selagi kecil sehingga kelakuan anaknya sampai seperti ini, masalahnya jika hanya satu ia masih bisa menghadapinya tetapi jika dua duanya berperilakuan sama Ia dan Lisa cukup kewalahan menghadapinya.

"Alsen mewarnai aja ya sayang"

"Iyahh" Arsen yang ada digendongannya hanya diam saja sedari tadi, ia memilih buku-buku mewarnai untuk anak seusia Arsen.

Bocah yang ada digendongannya ini masih terlalu kecil, belum kelihatan tingkah laku ajaibnya. Tetapi ia rasa tidak perlu ditunggu bagaimana kelakuannya, ia rasa sama saja seperti kedua kakak kembarnya. Buktinya saja bocah kecil ini duluan yang mencoreti tas mamanya. Istrinya itu tidak tahu bahwa jika ia senggang di kantor ia menonton semua gerak-geriknya dari cctv yang ada di ponselnya. Ia menyaksikan semua mulai dari ia pergi ke kantor sampai istrinya itu menelponinya mengeluhkan kelakuan anak-anak.

Ia tidak marah jika ia terus direpotkan, justru ia senang jika istrinya itu samgat bergantung padanya.

Sudah pernah ia katakan bukan? Atau jika belum maka akan ia ulangi. Ia senang jika orang yang ia cintai cukup bergantung padanya. Bukannya merasa repot, justru ia merasa sangat dibutuhkan dan jujur saja ia merasakannya saat bersama Lisa. Walaupun istrinya itu pernah mengatakan jika tidak mau bergantung dan ingin membuka bisnis kue ia sedikit merasa entahlah ia juga bingung bagaimana mendeskripsikannya. Yang jelas ia sangat senang jika Lisa, ibu dari anak-anaknya, perempuan yang sangat ia sayang dan juga cintai itu bergantung pada dirinya.

"Papa udahhh" kembar menghampirinya.

"Udah?" Tanyanya sekali lagi. Kedua anaknya itu mengangguk mengiyakan sambil menenteng beberapa buku. Ia tidak tahu jika anak-anaknya ini juga suka membaca buku, entah bagaimana istrinya itu membuat anak-anaknya hobi membaca buku karena yang ia tahu Alvey dan Alley dua bocah nakal yang hobi nge-game.

(2) jj familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang