"Bentar-bentar, ulang dari awal. Gue gapaham" kata Lisa berusaha mencerna perkataan Risa barusan. Menikah karena terpaksa katanya? What the... apa sahabatnya ini tidak waras? Apa sebercanda itu pernikahan dimatanya?
Risa mengangguk meyakinkan apa yang barusan Lisa dengar adalah kebenarannya "Gue nikah karena capek dijodohin, ya sebenarnya gue gak mikir lagi waktu Kai lamar gue. Kaya sama sama bikin perjanjian gitu, ngerti gak lo? Kalau gue nikah sama Kai gue dapat keuntungan yaitu tenang gak dijodohin mulu sama nyokap gue terus nyokap juga mau nyerahin satu anak perusahaannya ke gue, begitupun sebaliknya" Lisa menggeleng-geleng tidak habis pikir. Kenapa orang-orang disekelilingnya tidak waras semua?
"Gila lo" ucapnya akhirnya tidak habis pikir.
"Emang gilaaaa, ya makanya sekarang gue nyesal" kata Risa yang meminum orange juice nya. Sambil memperhatikan Risa yang minum seperti orang frustasi ia mengecek HP siapa tau suaminya chat, Jaehyun kan kalau chatnya diabaikan pulang-pulang bakalan ngamuk.
"Hah? Gajelas setan. Ya gimana dong" ia ikutan bingung, gila ya, diumur sekarang kenapa orang dewasa seperti temannya ini harus labil. Terlebih lagi sudah tecemplung di dunia pernikahan, pernikahan kontrak pula. Tidakkah temannya ini berpikir dua kali sebelum membangun rumah tangga dengan orang lain.
"Gatau, gue bolos kerja btw mau nenangin hati pikiran gue. Gue beraniin diri buat cerita ke lo, lo doang, diam-diam aja ya lo" ancam Risa. Sebenarnya bolos adalah ingin menjernihkan pikiran dari semua pemikiran-pemikiran buruk yang mulai menghantuinya. Mulai dari bagaimana jika ia tidak mendapatkan apa keuntungannya, dibuang dan direndahkan oleh suaminya nanti, disindir mertua dan iparnya sampai bagaimana jika ia dan Kai sudah bercerai tetapi ia tidak mendapatkan keuntungan apa-apa? Nyesal tidak? Nyesal pastinya. Daripada bermain api mending ia kabur ke pelosok Antartika sana. Sayangnya nasi sudah menjadi bubur.
Belum lagi ia harus serumah dengan pria gila. Memasakkannya, menyiapkan seluruh perlengkapannya, menyucikan pakaiannya. Dipikir-pikir malas banget gak sih? Tetapi nasi sudah menjadi bubur, maka dari itu ia hanya menjalaninya alih-alih mengikuti hobinya yaitu liburan keliling dunia.
Ditambah lagi situsinya ia sudah menjadi istri orang yang kemana-mana harus mendapat izin dari manusia yang berstatus suaminya saat ini. Ribet bukan? Entah apa yang ada dikepala suaminya itu sampai mengatakan jika kemana-mana harus memberitahunya. Takut. Takut seolah-olah ia yang selingkuh, padahal 'sana' yang masih belum selesai dengan pacarnya.
Sial, jika saja ia tidak menikah mungkin saat ini ia sudah ada di Roma memakan pizza di kedai pinggir kota favorite nya, shopping di Paris dan menelusuri dan berjelajah ke Austria.
"Terus yang bikin lo nyesal apa?" Ia menghela nafas, haruskah ia memberitahukan Lisa apa alasannya?
"Gue baper sama Chanyeollll" ia membekap mulutnya menahan senyum lebar. Gila. Ia juga ingin bertanya dengan Lisa apakah dengan sudahnya berumah tangga dengan Jaehyun, Lisa masih suka baper dengan orang lain?
"Makanya kunyukkk, kunyukkk oh kunyukkk... ih gregetan banget gue anjjj anjing. Untung anak-anak gaada, bismillah allahumma maafkan mulut hamba ya Allah" Lisa mengatupkan bibirnya rapat-rapat setelah mengumpat dengan kata-kata kasar.
"Kalau kesel gak ngomong kasar gak afdol banget kan anjritt" ucapnya yang diangguki Lisa.
"Emang diapain Chanyeol lo" tanya Lisa tidak habis pikir.
"Dia selalu ada buat gue, perhatian, nge treat gue baik banget walaupun treat kakak adek tapi bapar brengsek"
"Dia bukannya tunangan ya?" Memang benar Chanyeol tunangan, dengan perempuan polos cantik biasa, salah, cantik sedikit jika dibandingkan dengan kecantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(2) jj family
Fanfiction[sequel] teruntuk papa jj, berhenti buat mama marah-marah