Bab 42

999 67 17
                                    


Happy reading 😍

Typo everywhere...

.
.
.



R

asanya Aisyah ingin segera kabur dari situasi yang menurutnya sangat awkward ini, netranya sekali-kali melirik dua orang yang duduk berhadapan didepannya kini yang masing-masing belum juga mengeluarkan suara.

Apakah Ia hanya akan menjadi saksi bisu aksi tatap-tatapan sepasang manusia ini. Pikirnya

Yang satu masih setia memasang ekspresi datar sedatar tembok dengan tangan aktif memainkan ponsel tampak cuek dengan keadaan sekitar.

Dan satunya lagi masih setia menundukkan kepala dengan rona pipi yang memerah dengan luapan detak jantung yang berdeguk dengan kencang.

Sedangnkan dirinya a.k.a Aisyah menghindari bertatap muka langsung dengan kedua manusia dihadapannya ini. Ia lebih memilih memandang orang-orang yang berlalung lalang dihadapannya. Sekali-kali kalau tidak ada orang yang lewat dekatnya Aisyah membaca tulisan-tulisan yang terdapat dibaju pelanggan yang duduk tak jauh dari tempat duduknya.

Sungguh unfaedah sekali.

Ahh, lupakan sejenak tentang kegabutan Aisyah.

Ternyata dugaannya kemarin benar. Dira meminta Ia untuk menemani dirinya bertemu dengan tunangannya a.k.a Ibroohim. Aisyah yang masih ingat tentang petuah-petuah Ibroohim memilih untuk bungkam,  Ia berusaha bercosplay menjadi gadis solo yang diidentik dengan sikap kalemnya.

Kamu Cuma mahasiswa saya.

Mahasiswa

Mahasiswa

Yaiyalah cuma mahasiswa, siapa bilang kalau dia tukang sawer.

Ibroohim membuang nafasnya pelan, mulanya ia sedikit kaget melihat  kehadiran mahasiswa sengak-nya hadir menemani Dira, dari sekilan banyak kenalan Dira mengapa justru si sengak ini yang datang menemaninya.

Sedangkan Dira masih memilah-milah kata seperti apa yang akan ia ucapkan kepada calon suaminya kini.

Calon suami, memikirkanya saja sudah membuat rona pipi Dira semakin memerah.

Yaelah ini manusia dua, ngomong kek apa kek please bangung suasana yang sedikit hangat napa.. gerutu Aisyah didalam hati.

“Mas apa kabar?” tanya Dira memulai obrolan.

“Alhamdullilah Baik.” Jawab Ibroohim sambil memandang Dira sekilas.

Rasanya Aisyah ingin mengajari Ibroohim kosa-kata tambahan, mengapa justru dari banyaknya kata basa-basi Ia justru tidak mempratikannya satupun.

“Ehm, Mas kata tante Riani bulan depan kamu bakalan sibuk yah?” tanya Dira kembali memulai pembicaraan.

Tapi yang diajak mengobrol malah mengangukkan kepalanya sebagai tanda membalas pertanyaan Dira

Jangan tanya bagaimana keadaan hati Dira yang melihat keenganan Ibroohim.

Sakit hati? Tentu saja

Siapa yang tidak sakit hati melihat calon suaminya membalas pertanyaan yang Ia tanyakan saja sudah malas, apalagi membalas perasaannya.

“Mas Ibroohim.” Panggil dira dengan suara yang sedikit bergetar.

Mendengar itu Ibroohim membuang nafasnya sedikit kasar, Ia pun menyimpan sejenak ponselnya dan menaruh atensinya kearah Dira yang saat ini menundukkan kepalanya.

Calon Imamku (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang