Bab 34

1.8K 112 13
                                    

Koreksi typo's

Kalau ada kata-kata yang rancu tolong yah ditandai.

Happy Reading 😍

***

Gelak tawa kini tengah menghiasi bus yang membawa rombongan Aisyah beserta teman-temannya. Berbagai cerita mereka paparkan untuk meramaikan perjalanan pulang dari Panti Asuhan.

Keceriaan itu nampaknya tidak berarti bagi perempuan berparas ayu itu. Ia masih mengingat tatapan mata Ibroohim kepada Aisyah yang menurutnya sangat amat tidak biasa.

Bukan hanya sampai disitu, dirinya harus menekan rasa sesaknya ketika melihat senyum Ibroohim ketika melihat tingkah Aisyah pada saat dokumentasi.

Tatapan matanya terpaku kearah gadis itu yang kini tengah berstand up comedy dihadapan teman-temannya.

"Ada apa mba?" tanya Alena yang membuat pandangan mata Dira teralihkan kepada sosok gadis yang kebetulan duduk disampingnya.

Dira tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia kembali memandang kearah Aisyah yang kini tengah heboh menyanyikan salah satu lagu yang Dira tidak tau arti dari lagu itu.

Melihat itu membuat Alena mengikuti arah pandang Dira, "Anak itu memang rada abstruk mba. Mba Dira maklumin aja." kekeh Alena yang masih memandangi Aisyah.

"Dia disenanginya banyak orang yah?" tanya Dira pelan.

"Bisa dibilang kalau Ai itu mood booster anak-anak mba. Disetiap ada dia pasti bawaannya rame terus."

Dira tidak menjawab pernyataan Alena, Ia masih mencari dimana letak perbedaan antara dirinya dengan gadis itu. Sampai bisa membuat Ibroohim memperlakukan nya secara berbeda.

Mengingat setiap perlakuan Ibroohim kepadanya. Membuat Dira tersenyum miris. Entah kesalahan apa yang ia perbuat sampai dirinya harus mendapatkan perlakuan seperti itu.

Dira mengalihkan pandangannya kejendela sambil memikirkan langkah apa yang selanjutnya akan ia lakukan.

Ia harus melakukan sesuatu.

✨✨✨

Tugas sang surya kini telah usai, langit yang awalnya cerah kini telah berganti menjadi gelap. Pertanda bagi para manusia untuk segera beristirahat.

Mengistirahatkan semua beban yang telah mereka lalui seharian penuh ini. Tapi mungkin hal ini tidak berlaku bagi Dira.

Dirinya selalu kepikiran tentang kejadian yang telah terjadi seminggu yang lalu.

Walaupun sudah lama, tapi rasanya masih seperti kemarin.

Sekali-kali gadis itu menggigiti kuku jarinya dengan gelisah. Melihat tingkah sang anak yang tidak biasa membuat sang Umi segera menghampiri anaknya yang berada diruang keluarga dengan dihadapannya kini tengah menampilkan acara televisi yang tetapi tatapan anaknya seolah kosong memandang kedepan.

Sontak sang Umi mematikan televisi tersebut yang langsung mendapatkan atensi Dira.

"Lho kok, Umi malah matiin?" tanyanya heran

"Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan hem? Daritadi Umi perhatikan tingkah kamu sedikit aneh. Ada apa, coba sini tanya Umi siapatau Umi bisa bantu." ucapnya sambil mengelus kening Dira yang mengerut.

Mendengar itu membuat Dira menatap Uminya gelisah, "Umi, apa salah kalau perempuan mengajukan lamaran duluan kepada laki-laki." ucap Dira seraya mengalihkan pandangannya kearah lain.

Calon Imamku (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang