Sembilan

588 54 1
                                    

Welcome

"Helen! Lo tau kan gue berangkat bareng Fiza? Gue gak bisa pulang bareng lo Helen. Gue punya tanggung jawab untuk anter Fiza pulang." Tegas Akash.

" Dia bisa pulang sendiri, selama ini lo gak pernah nolak permintaan gue meskipun lo lagi ngelakuin hal berarti sekalipun, tapi sekarang? lo nolak pulang bareng gue Akash." Ujar Helen dengan tatapan murkanya.

" Ada Bang Keland, Bang Tian. Kenapa harus gue disaat seperti ini. Gue gak enak sama Mama Megan Helen." Jelas Akash.

" Gak! Lo harus anter gue pulang! Bang Keland sama Bang Tian lagi ada urusan penting Akash." Seru Helen.

" Akash anterin Helen, Fiza bisa telfon supir rumah" Ucap Fiza tersenyum.

Saat ini ketiganya sedang berada di area parkiran sekolah, tak perduli meskipun sedari tadi mereka menjadi tontonan beberapa siswa lain yang melintas.

" Tapi Za nanti Mama Megan...."

"  Nanti biar Fiza yang jelasin, Akash pulang sama Helen." Ujar Fiza.

" Tap..."

" Akash! Udah ih lo banyak tapian mulu, lagian dia nya juga gak papa, mending kita buruan pulang!" Ajak Helen dengan cepat memakai helm dan membonceng di motor yang Akash kendarai.

" Za, Telfon gue kalo lo udah sampai rumah." Ucap Akash sebelum akhirnya motor bebek yang Akash tumpangi melaju pergi meninggalkan Fiza sendiri.

Fiza berjalan menuju gerbang sekolahnya, terlihat beberapa siswa yang sedang menunggu jemputan mereka. Hingga saat ini Fiza belum juga menghubungi supir rumahnya untuk menjemput dirinya.

" Jalan kayaknya untung buat bakar kalori." Gumam Fiza pada dirinya sendiri.

Fiza tahu betul bahwa jarak sekolah dan rumahnya sangatlah jauh jika di tempuh dengan berjalan kaki, tapi Fiza juga belum mempunyai keinginan untuk menelfon supir Dirumahnya untuk menjemput Fiza.

Fiza berjalan menyusuri jalanan dengan cuaca terik panas yang menyengat, bahkan beberapa pejalan kaki memilih untuk meneduh di rerimbunan pohon menghindari pancaran langsung panas matahari.

Sudah setengah jam lebih Fiza berjalan, dan akhirnya Fiza berhenti dan duduk di tepian jalan, tidak memperdulikan roknya yang akan kotor nantinya.

" Naik." Ucap seseorang memberhentikan motornya tepat di depan Fiza.

Saat Fiza mendongak untuk menatap siapa pengendara motor di depannya, silauan matahari menyilaukan kedua matanya hingga menyipit.

" Siapa?" Tanya Fiza karena pandangannya yang tak dapat melihat dengan jelas serta Sang pengendara yang juga mengenakan helm Full face nya.

Pengendara itu lantas turun dan melepaskan Helmnya menghampiri Fiza yang masih terduduk di tepian jalan tanpa berniat untuk berdiri.

" Kak Erlan?" Gumam Fiza pelan.

" Kak Erlan kan?" Tanya Fiza untuk memastikannya.

" Hm."

" Berdiri." Ucap Erlan mengulurkan tangannya untuk membantu Fiza berdiri.

" Kak Erlan ngapain disini?" Tanya Fiza mengibaskan rok belakangnya yang kotor.

"Naik." Ucap Erlan kembali menaiki motor sport nya.

" Fiza gak bisa naiknya Kak, Fiza pesen taksi aja." Cicit Fiza pelan sembari menunduk menatap rok panjangnya.

Erlan yang mengerti arah tatpan Fiza kembali turun dari motornya, kemudian menelfon seseorang yang Fiza tidak ketahui.

FIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang