Welcome
Di sebuah halte bus di depan sekolah Saat ini Fiza berdiri, dirinya tidak menunggu bus datang seperti siswa lainya, melainkan menunggu Erlan yang pagi tadi ingin menjemputnya.
" Apa Kak Erlan lagi ada perlu?" Gumam Fiza pelan.
Baterai ponsel Fiza habis, bahkan ponsel nya saat ini sudah mati, Fiza tidak bisa menghubungi kakak sepupunya itu. Hari semakin menjelang malam, dan hingga saat ini Fiza masih terus berdiri menunggu seseorang yang akan menjemputnya. Jika Fiza mau sudah dari tadi Fiza pulang terlebih dahulu ketika tidak mengingat jika Erlan lah yang akan menjemputnya. Fiza tidak ingin melihat Erlan kakaknya kecewa saat tidak mendapati Fiza menunggunya.
Setidaknya Fiza akan menunggu Erlan setengah jam lagi, jika kakak sepupunya itu tidak datang, Fiza akan memutuskan untuk pulang sendiri.
" Mungkin kak Erlan sedang ada urusan." Ucap Fiza mulai berjalan meninggalkan area tempatnya menunggu.
Tidak ada taksi yang hanya sekedar lewat sama sekali, tetapi Fiza akan memilih alternatif lain yaitu mencari ojek pengkolan yang berada di perempatan jalan, dengan berdoa agar masih ada ojek yang mau menumpanginya untuk pulang kerumah, meskipun uang saku nya telah habis, tetapi Fiza bisa membayarnya nanti saat sudah berada di rumah.
" Eh, laper." Ringis Fiza pelan saat menyadari perutnya yang amat keroncongan.
Tetapi Fiza menyadari, tidak sepeserpun uang yang ia miliki saat ini. Untuk ojek nya saja nanti dirinya akan membayar ketika sampai di Mansion. Dengan berat hati Fiza harus merelakan perutnya yang sedari tadi meminta asupan.
Kumandang adzan maghrib terdengar, memanggil umat muslim untuk segera menunaikan kewajibannya. Bagitupun dengan Fiza yang singgah terlebih dahulu di salah satu mushola yang berada dekat dengan tempatnya saat ini. Letaknya persis di sudut jalan, namun untuk mencapainya kita harus berjalan melalui sebuah gang kecil dan sempit.
Dengan segera Fiza melepas sepatu beserta kaos kakinya untuk mengambil Air wudhu dan melaksanakan shalat Maghrib berjama'ah.
" Adek baru pulang sekolah?" Tanya seorang ibu-ibu saat melihat Fiza yang masih memakai kaos kaki dan juga sepatunya setelah selesai shalat.
" Tidak bu, saya tadi nunggu jemputan, tetapi sepertinya kakak saya sedang ada urusan." Jawab Fiza disertai dengan senyuman.
" Kenapa tidak di telfon saja?"
" Ponsel saya Baterai nya habis bu." Jawab Fiza sopan.
" Mau pinjam punya ibu?" Tawar Sang Ibu kepada Fiza.
Fiza menggeleng pelan.
" Saya hanya hafal nomer Papa saya, tapi beliau sedang ada urusan kerja jauh, saya tidak ingin membuatnya khawatir bu." Jawab Fiza.
Fiza bukanlah pengingat yang handal, dirinya sering kali lupa dengan hal-hal kecil, tetapi Rajasa mengharuskan Fiza untuk menghafal nomernya, jika sesuatu terjadi padanya seperti situasi saat ini, Fiza dapat segera menghubunginya. Namun Rajasa papanya sedang tidak berada di negara yang sama dengannya. Akan sangat merepotkan jika Fiza menelfon nya dan membuat Papanya khawatir.
" Kamu anak baik, tapi semua ojek pangkalan sudah tidak ada lagi yang mangkal disini setelah maghrib Dek, mereka biasanya sudah pulang kerumah mereka." Ujar Ibu itu memberitahu.
Fiza menyadarinya, hari sudah gelap, dan kemungkinan mereka semua para Ojek tentunya pulang ke rumah mereka masing-masing.
" Rumah ibu dekat dari sini, biasanya anak ibu sudah pulang dari kerja. Mungkin nanti kamu bisa memintanya untuk diantar pulang, atau jika tidak kamu bisa mengecash ponselmu dirumah ibu untuk menghubungi keluargamu." Tawar ibu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIZA
Teen FictionFiza Ayudia Gadis berhijab yang setelah sekian lama akhirnya bertemu dengan kedua orang tuanya yang justru berbeda keyakinan dengannya. Bersekolah di sekolah milik keluarga barunya yang minoritas islam? Bagaimana tanggapan keluarga besar kedua orang...