Welcome
" Kak Alle serius ngajak Fiza kesini?" Tanya Fiza sembari bersembunyi di belakang tubuh Galleo dengan rasa takutnya.
Meskipun sedikit menjaga jarak dengan Galleo yang berjalan santai di depannya, Fiza sedari tadi mengamati sekitar dengan rasa was-wasnya. Ingin sekali Fiza berlari keluar dan menyesali dirinya yang ikut dengan teman kakak sepupunya itu.
" Astagfirullah Aaaa." Pekik Fiza terkejut saat beberapa kelelawar berterbangan di atas kepalanya.
Bahkan Fiza berjongkok dengan kedua tangan menutupi kepalanya, sepertinya ketakutan Fiza kian menjadi.
" Penakut." Ucap Galleo singkat.
" Kak Alle anter Fiza keluar, Fiza gak inget jalan. Fiza mau pulang." Gumam Fiza pelan.
Galleo dapat mendengar dengan jelas gumam an dari Fiza karena lorong gelap yang mereka lalui sangat sunyi dan juga bergema, selain suara kelelawar malam serta kesunyian tidak ada lagi suara lain sehingga Galleo dapat dengan jelas mendengar gumam an Fiza meskipun terdengar pelan.
" Sebentar lagi." Ucap Galleo berdiri di hadapan Fiza yang masih berjongkok.
" Tujuh kali Kak Alle bilang sebentar lagi, ...... Atau..... Atau jangan-jangan Kak Alle ikut ritual-ritual mbah dukun Kaya yang sering Fiza denger dari tetangga??! Astagfirullah Kak Alle inget dosa." Ujar Fiza yang sontak berdiri dari jongkoknya.
" Bu...."
" Kak Alle jangan main ritual kayak gitu. Sesat nanti. Apalagi ada tumbal tum.....bal." ujar Fiza dengan akhir kalimatnya melirih menatap takut pada Galleo.
" Kak Alle mau jadi in Fiza tumbal?" Lanjut Fiza memundurkan langkahnya.
" Setan gak mau tumbal kayak lo." Ucap Galleo melanjutkan langkahnya kembali menyusuri lorong.
Fiza berlari pelan saat Galleo sudah berjalan jauh darinya, gamis panjangnya tidak membuat Fiza ke susahan dalam berjalan. Mungkin karena terbiasa.
" Emang tumbal yang seperti apa?" Tanya Fiza.
" Yang cerewet."
Fiza yang ingin melontarkan perkataannya terurung.
'Fiza gak cerewet kan?' batin Fiza.
Di ujung lorong itu yang Fiza kira akan menyeramkan justru malah sebaliknya. Lorong itu justru menunjukkan tempat yang indah dengan banyak tanaman berwarna warni serta terdapat beberapa rumah yang berdiri terlihat seperti sebuah perkampungan kecil yang teembunyi.
" King!!" Teriakan segerombol anak-anak menghampiri Galleo dan juga Fiza.
" King datang?!! Horeeee KING DATANG!" Seru lantang mereka.
" Kalian sudah makan?" Tanya Galleo.
" Sudah King!"
" Bermain lah. Dimana Ilyas?" Tanya Galleo.
" Ilyas di tempat biasanya King!" Jawab Faris salah satu anak itu.
Galleo mengangguk lantas kembali berjalan dengan Fiza yang mengikutinya sembari diam mengamati sekitar.
" Kak Alle Vampir? Atau Worewolf? Kalian dari klan mana?" Tanya Fiza bersuara setelah sedari tadi terdiam.
Galleo berhenti secara tiba-tiba dengan begitu Fiza yang berjalan di belakangnya sontak terbentur dengan punggung tegap Galleo.
" Awshhh."
" klan?" Ucap Galleo berbalik dengan kening mengerut. Jangan lupakan tatapan dingin nya yang membuat Fiza seolah terbiasa dengan tatapan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIZA
Ficção AdolescenteFiza Ayudia Gadis berhijab yang setelah sekian lama akhirnya bertemu dengan kedua orang tuanya yang justru berbeda keyakinan dengannya. Bersekolah di sekolah milik keluarga barunya yang minoritas islam? Bagaimana tanggapan keluarga besar kedua orang...