Chapther 15 || Dandelions dan Senja

161 45 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca 💓
Jangan lupa vote dan komen 💓

-o00o-

Ceklek...

Suara pintu terbuka menarik perhatianku, enjin, jake dan juga jay. Kami ber-empat sontak menatap Daniel was-was menanti kabar dari nya, ah lebih tepatnya aku yang sangat was-was karena di banding denganku yang terlihat sangat panik menanti kabar Daniel, enjin dan jake hanya menampilkan wajah penasaran mereka, mungkin keduanya belum terbiasa dengan Daniel. Lalu jay? Jangan tanyakan tentangnya aku tidak tahu dia mengekspresikan apa wajahnya datar seperti biasa.

Oh ya jangan bingung kenapa tiba-tiba ada jake juga disini, itu karena enjin. Gadis itu tidak sengaja melihat jake melintas lalu memanggil jake untuk menemani kami berdua dan jay? Laki-laki itu sempat pergi tapi tiba-tiba kembali lagi katanya mau menunggu Daniel.

"Bagaimana? Apa berhasil?" tanya ku tak sabar

Ah aku benci Daniel dengan raut wajah seperti itu, terlihat lesu dan tidak bersemangat benar-benar seperti orang yang?---Pasrah?

Andwae! Jangan bilang dia gagal untuk tes kali ini.

"ya kim Daniel katakan sesuatu jangan hanya menunduk!"

Daniel perlahan mulai mendongakan wajahnya menatap ku dengan lekat.

Deg!

Astaga tatapannya hampir membuat jantungku ingin keluar dari tempatnya.

Dan satu hal! Apa arti tatapan Daniel? Oh ayolah kenapa dia tidak bicara saja? Daniel ayo katakana sesuatu, katakana jika kau berhasil melalakukan tes ini ku mohon!!

"ak—"

"Jangan katakana apapun selain kau berhasil ku mohon!" aku memotong ucapannya dengan sengaja aku sepertinya belum siap, jujur saja tatapan Daniel membuatku takut.

Mengingat kemarin Daniel tidak sepenuhnya belajar bersamaku, aku malah mengajaknya bermain, maka sudah kupastikan presentase kegagalan Daniel sangatlah besar dari keberhasilan Daniel.

Daniel menunduk semakin dalam.

Aku berdecak kesal, anak ini benar-benar ingin ku bunuh saja, kenapa dia selalu menunduk membuatku takut saja!

"jangan hanya menunduk apa aku kurang cantik sampai kau lebih memilih melihat lantai!?" Aku kesal dengan nya, tidak tahukah aku menunggu kabar darinya dengan was-was.

"Bagus jika kau sadar"

Itu bukan suara Daniel!

Yah kalian bisa tebak sendiri itu siapa bukan?

"Diam! Aku tidak berbicara denganmu jay!" desisku melihat jay yang dibalas laki-laki itu dengan mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Mian"

DEAR DANIEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang