11 - Photoshoot
Setelah membangunkan Aresh dari tidur singkatnya, mereka segera berangkat ke hotel tempat resepsi diadakan. Ada supir yang menyetir di depan sementara Aresh duduk di belakang seraya memainkan handphone. Resya tahu dia tidak sedang bekerja, tapi sedang membalas pesan singkat dari teman-temannya yang menanyakan alasan seorang Chandra Areshta Derren cuti kerja.
"Aku 'kan udah bilang kalau acara nikahannya nanti mau sederhana, kenapa resepsinya harus ke hotel mewah gini?" gerutu Resya saat mobil memasuki area hotel.
Kali ini Aresh mengunci handphonenya lalu memasukannya ke dalam saku.
"Ini udah yang paling sederhana menurut kakek, turutin aja apa yang kakek mau toh kita resepsi cuma sampe malam dan tanpa diliput media."
"Cuma?"
Helaan nafas kasar terdengar. "Dengar! Resepsinya pasti bakal tetep mewah, cuman tamu undangannya aja yang dibatasin. Tugas kamu cuma berdiri di pelaminan sama saya, jangan banyak protes."
"Tapi---" Protesan yang hendak keluar dari mulutnya seketika kembali tertelan di kerongkongan. Aresh menatapnya tajam. Kentara sekali kalau pria itu sedang menahan kesal. "K-kalau salah satu dari mereka tahu aku masih SMA gimana?"
"Semua udah diatur sama kakek, kamu tenang aja. Kakek kalau berburu gak pandang bulu. Mereka pasti tahu apa akibat yang akan diterima jika berani mengusik keluarga Derren."
Jujur, kali ini Resya merinding mendengar ucapan Aresh ditambah nada bicara yang begitu rendah membuatnya merasa terintimidasi oleh tatapan tajam itu. Ini seperti bukan Aresh yang sedari tadi bicara dengannya.
"Ayo turun! Kamu udah ditungguin MUA." Dalam sepersekian detik raut wajah Aresh kembali melunak seperti biasa. Dan Resya cukup kaget oleh perubahan itu.
___________________
Acara resepsi yang kini tengah dijalaninya benar-benar jauh dari bayangannya selama ini. Resya meringis pelan saat merasakan betisnya yang terasa pegal juga tumitnya yang mulai terasa sakit.
Pesta pernikahannya benar-benar semalam suntuk. Meski tanpa media dan tamu yang datang dibatasi tetap saja banyak yang datang ke acara pernikahannya ini. Dan seperti yang Aresh bilang, kerabat kakek Jay kebanyakan memang tinggal di luar negri. Untung Resya pintar bahasa inggris, jadi bisa bicara lancar dengan mereka tanpa membuat Aresh malu.
Resya tersentak kaget saat sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya. "Kalau kaki kamu sakit, lepas aja sepatunya," bisik Aresh di telinganya.
"Tapi nanti bikin malu kalau ada yang lihat," balas Resya tak kalah pelan.
"Kamu pikir apa gunanya tangan saya meluk pinggang kamu gini kalau bukan buat mengelabuhi mereka?"
Ah, ternyata itu maksudnya? Padahal Resya sudah berdebar gara-gara perlakuan tiba-tibanya.
"Pura-pura peluk saya lalu lepasin sepatunya. Gaunnya nyapu lantai 'kan, jadi gak bakal kelihatan."
Oh, ternyata suaminya pintar juga.
Dengan begitu, Resya menggeser posisinya jadi berhadapan dengan Aresh. Saat tangan Aresh menarik pinggangnya mendekat, Resya segera mengalungkan tangannya di bahu lebar Aresh. Jarak wajah keduanya terlampau dekat. Persisi seperti orang yang akan berciuman.
Bukannya segera melepas high hillsnya, Resya justru terpaku menatap manik tajam Aresh. Indah dan mempesona. Resya tak bohong soal itu.
Ah, bibir tebal itu yang tadi mengecup keningnya. Bagaimana kalau bibir itu mengecup bibir---
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. Aresh
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...