🍃 17 - Aturan Baru

541 108 21
                                    

17 - Aturan Baru
 


 
 

Resya menggeliat pelan lalu melirik jam di ponselnya, baru jam 09 pagi. Jika dulu gadis itu akan panik karena bangun kesiangan, hari ini berbeda. Ia memang sengaja bangun siang di hari minggu setelah maraton drama hampir sampai subuh. Dan itu sudah berlaku selama dua minggu terakhir.

Tepatnya setelah Aresh menolak diperlakukan layaknya seorang suami. Mengingatnya membuat gadis itu berdecih kesal.

Padahal ia senang melayani Aresh tapi lelaki itu menolaknya terang-terangan.

"Jangan-jangan si om beneran gay lagi." Pikiran buruk kadang memenuhi kepala. Tapi apa masalahnya? Jikapun Aresh seorang gay itu bukan urusannya 'kan? Mereka akan bercerai beberapa bulan lagi.

Jadi Resya mencoba abai. Biarkan saja, ia tak mau ambil pusing.

Setelah mencuci muka, Resya turun dari kamar dan mendapati Aresh dengan pakaian santai tengah menikmati kopi paginya. Dilihat dari penampilannya sepertinya Aresh baru selesai mandi. Terlihat lebih segar dan semakin tampan.

Astaga apa yang ia pikirkan? Resya segera menggeleng. Bisa-bisanya ia memuji ketampanan Aresh dalam hati.

"Udah bangun?"

"Eh? Em udah, Om." Resya berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air hangat.

"Mau roti bakar gak? Saya lagi bikin," tawar Aresh. Resya meliriknya sekilas, karena malas masak ia anggukan kepala lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengan Aresh.

Ia memalingkan wajah menatap ke arah lain selain wajah Aresh. Tak ingin kembali terlihat bodoh karena terpesona oleh ketampanan lelaki di hadapannya.

Suka tidak suka, harus Resya akui kalau Aresh adalah type idealnya meski jarak usia mereka terpaut jauh.

Tapi hey! Bukankah cinta itu tidak memandang usia? Wajar-wajar saja 'kan kalau seandainya nanti ia jatuh cinta pada lelaki ini?

"Kamu ada jadwal hari ini?" tanya Aresh membuyarkan lamunannya. Resya menggeleng.

"Aku gak ada kegiatan apa-apa."

"Mau jalan-jalan?"

Resya kembali menggeleng. "Mau tiduran aja di kamar."

Jawaban Resya yang seolah menghindari ajakannya membuat Aresh kembali terganggu. Hanya saja dengan cara yang berbeda.

Mereka makan dalam diam, dengan Aresh yang sesekali curi pandang pada Resya, dan gadis itu yang memilih menunduk tak membalas tatapannya.

"Makasih, Om roti bakarnya." Resya bangkit dari kursi, berjalan ke arah kamarnya. Karena demi apapun berdekatan dengan Aresh bukanlah ide yang baik saat ini.

"Resya!" Langkahnya terhenti lalu berbalik saat merasakan genggaman di tangan kirinya.

"Kamu marah sama saya?"

Resya tertegun. Merasakan hangat yang menyusup ke dalam hati, juga detak jantung yang tiba-tiba menggila. Bukan, ini bukan karena pertanyaan Aresh barusan, tapi karena genggaman Aresh di tangan kirinya.

"Saya minta maaf soal ucapan saya waktu itu. Maaf kalau ucapan saya terlalu kasar. Saya gak berniat melukai kamu, saya cuman mau mengingatkan soal peraturan---"

"Aku tahu," jawab Resya buru-buru. Tatapannya masih tak lepas dari pergelangan yang tengah Aresh genggam sebelum kemudian mengangkat wajah hingga tatapan keduanya beradu. "Aku juga 'kan udah bilang kalau aku gak akan memperlakukan om kaya gitu lagi," lanjutnya dengan senyum tipis menghias wajah.

WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang