🍃 41 - Lagi?

676 117 30
                                    

41 - Lagi?
 
 

TV menyala dengan Resya yang duduk di ruang tengah selalu menjadi hal pertama yang menyambut Aresh saat pulang kerja. Meski tak ada pelukan apa lagi ciuman, setidaknya kehadiran gadis itu sudah menjadi obat lelahnya selama beberapa hari terakhir.

Kali ini gadis itu tidak hanya diam menonton TV tapi tangannya sibuk melipat kertas warna warni yang berserakan di atas meja. Saking fokusnya, ia sampai tidak menyadari kedatangan Aresh.

"Lagi buat apa?" tanya Aresh seraya duduk di sampingnya, menaruh jas dan tas kerja yang sedari tadi ia jinjing di sofa lalu melonggarkan dasi yang seharian mencekik lehernya.

"Eh, Om?! Aku kira belum pulang." Resya meninggalkan sejenak kegiatannya untuk meraih tangan Aresh lalu menciumnya seperti biasa. "Aku bosen gak ada kerjaan, jadi bikin burung kertas gini. Lucu 'kan warna-warni gini?"

Aresh hanya mengangguk melirik banyak kertas yang sudah dilipat seperti burung--- ah, ini mengingatkannya pada masa kecil dulu. Meski ia dari keluarga berada tapi ia juga tahu hal-hal kecil seperti ini. Apa lagi saat tinggal di Bandung ia banyak berteman dengan anak-anak kampung di sebelah komplek perumahannya.

"Lucu, tapi untuk apa?" tanyanya bingung.

"Mau aku tempelin di kamarku." Resya menoleh dengan tatapan memohon. "Boleh 'kan?"

"Terserah kamu, toh itu kamar kamu."

Gadis itu tersenyum senang. "Oke. Om tenang aja, nanti kalau kita cerai hiasannya juga bakal aku copot-copotin lagi."

Entah mengapa, mendengar kata cerai, perasaan Aresh kesal seketika. "Tidak bisakan kita tidak usah membicarakan tentang perceraian?"

"Hng? Kenapa?"

Aresh hanya menghela nafas kasar lalu menggeleng. Ia beranjak ke kamarnya. Tapi sebelum itu ia kembali menoleh pada Resya. "Kamu masak 'kan?"

Resya mengangguk. "Masak."

"Saya mandi dulu, kita makan malam bareng." Lalu ia masuk ke kamarnya meninggalkan Resya yang kini terdiam di ruang tengah. Senyum yang sedari tadi ia pamerkan luntur seketika. Gadis itu menunduk seraya meremas kertas di tangannya.

"Aku juga gak mau bahas ini, Om. Tapi ... cepat atau lambat kita emang harus pisah, dan aku harus menata perasaanku dari sekarang."

***

Tidak ada hal aneh dari makan malam mereka kali ini. Semuanya masih sama, tak ada yang berubah.

"Om?" panggil Resya setelah menelan kunyahan terakhirnya. Aresh hanya meliriknya sekilas. "Tadi aku beli buku baru loh."

"Kamu ke toko buku?"

"Iya."

"Kok gak bilang?"

Resya mengernyit bingung. "Harus bilang dulu ya?"

Sementara Aresh memilih tetap melanjutkan acara makannya sampai suara Resya kembali terdengar membuat suapan di tangannya terhenti.

"Aku ketemu Zui." Resya tahu Aresh terkejut mendengar ucapannya. "Dia katanya mau cerai sama suaminya."

Meski raut wajahnya tetap tanpa ekspresi berarti, Resya bisa melihat tubuh Aresh yang tiba-tiba mematung.

"Oh." Hanya itu tanggapan Aresh tentang ceritanya.

"Oh doang?"

Aresh mengangkat pandangan hingga tatapan keduanya beradu. "Memang reaksi seperti apa yang mau kamu lihat? Kamu berharap saya bertanya tentang masalah orang lain? Saya bukan Tara yang suka diajak bergosip."

WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang