15 - Batasan
Jika tadi pagi Resya diantarkan oleh suaminya ke sekolah, sore ini gadis itu harus pulang sendiri naik bus setelah sebelumnya bertanya pada Aresh, bus nomor berapa yang harus ia naiki agar berhenti di halte depan komplek rumahnya.
"Enggak di jemput lagi, Sya?" tanya Jeno. Pemuda itu sudah duduk di sampingnya seperti biasa. Resya hanya menggeleng pelan.
"Pamanku masih kerja jam segini, Jen."
"Emang paman kamu tinggal di mana? Aku anterin aja pulangnya biar gak usah nunggu bus---"
"Oh itu busnya!" seru Resya. Jeno ikut menoleh melihat bus yang dimaksud sahabatnya. Nomor bus yang tak lagi asing membuat pemuda itu terdiam sesaat.
"Aku duluan ya, Jen. Dah!" Lalu Resya segera masuk ke dalam bus. Jeno yang sedari tadi diam juga segera masuk ke dalam mobilnya lalu melaju mengikuti bus di depannya.
Bukan, Jeno tidak berniat menguntit. Tapi bus yang Resya naiki memang melewati komplek perumahannya.
Berkali-kali bus itu berhenti di beberapa halte dan beberapa kali pula Jeno memelankan laju mobilnya hanya untuk melihat apakah Resya turun di halte tersebut. Hingga tinggal satu halte tersisa sebelum ia masuk ke komplek perumahannya. Saat itulah ia melihat gadis itu turun dari bus. Berjalan masuk ke komplek perumahan yang sama dengannya.
Jeno ingin mengikutinya hingga gadis itu sampai di rumah pamannya. Tapi sepertinya Resya akan marah jika tahu dirinya diikuti, karena itu Jeno memilih belok ke blok C di mana rumahnya berada. Sedangkan Resya masih terus berjalan melewati beberapa blok lagi untuk sampai ke rumah Aresh.
***
Resya tersentak kaget mendapati dua orang di dapur rumahnya.
"Astaga!" Ia hampir saja memukul orang tersebut.
"Maaf, Nona. Apa saya membuat anda kaget?" Salah satu dari mereka bertanya panik.
Andai saja Resya tidak ingat rupa mereka, sudah pasti sekarang ia berteriak maling. "Iya, astaga saya hampir aja mukul kalian!" jawabnya dengan tangan masih menggenggam gagang sapu.
"Hari ini jadwal kami membersihkan rumah jadi kami datang siang ini. Kami belum tahu jadwal nona makanya kami belum pulang," ujar si wanita paruh baya.
"Hng? Apa hubungannya?" Resya bertanya bingung.
"Tuan Aresh tidak suka ada orang lain di rumahnya saat dia pulang. Jadi kami akan pergi sebelum beliau pulang kerja." Pelayan yang lebih muda menimpali.
"Kami sudah selesai, jadi kami akan segera pulang." Mereka bergegas merapikan piring terakhir ke dalam lemari lalu membawa plastik sampah untuk dibuang sambil keluar.
"Kami permisi, Nona." Mereka membungkuk hormat lalu bergegas pergi.
Selepas kepergian keduanya, Resya segera merogoh handphone di saku lalu menghubungi Aresh.
["Hallo?"]
"Om, kok gak bilang kalau hari ini ada pelayan dari rumah kakek yang datang buat bersihin rumah?"
["Oh, saya lupa bilang,"] sahut Aresh tanpa dosa membuat Resya harus sabar menahan kesal.
"Aku kaget tahu!"
["Kamu bertemu dengan mereka?"]
"Iya."
["Biar saya minta kakek buat memecat mereka kalau gitu."]
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. Aresh
Roman pour AdolescentsSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...