23 - Mong!
Berbeda dengan pagi kemarin, pagi ini Resya sudah berjibaku dengan masakan di wajan di saat penampilannya masih acak-acakan. Salahkan saja Aresh yang membangunkannya tiba-tiba dan memintanya menyiapkan sarapan karena lelaki itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Astaga, Resya bahkan baru sempat cuci muka tadi.
Setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Aresh, ia segera masuk ke kamarnya, ia harus segera bersiap atau nanti dirinya terlambat.
***
Aresh begitu lahap memakan sarapannya membuat Resya enggan menyuapkan sendok nasi ke dalam mulut, takut-takut Aresh belum kenyang sedangkan nasi goreng yang ia buat hanya dua porsi.
"Om lapar banget?" tanyanya, tapi kemudian tanpa menunggu jawaban Aresh, Resya memilih mengambil air minum lalu meneguknya perlahan meredakan salah tingkah karena Aresh yang kini malah menatapnya.
Resya mengerang dalam hati, setelah mati-matian berperang antara hati dan logika, akhirnya sebuah pertanyaan keluar dari mulutnya. Tapi kenapa respon Aresh lambat begini?!
"Saya lapar, masakan kamu juga enak makanya makannya lahap." Tak lupa seulas senyum terlukis di bibir Aresh membuat dimplenya terlihat manis. Juga rambut setengah basahnya--- astaga!
"Kenapa rambutnya belum dikeringin?" Dan Resya tak bisa menahan mulutnya untuk tidak bertanya.
"Tanggung, saya sudah lapar soalnya. Apa kamu bisa bantu ngeringin?"
Resya terdiam, merasa aneh dengan sikap Aresh yang tiba-tiba berubah dalam satu malam. Meminta bantuan dan menerima bantuan darinya jelas bukan sikap Aresh yang selama ini ia kenal. Harusnya Resya senang dengan perubahan ini, tapi kenapa dirinya malah dibuat gelisah begini. Apa lagi saat tatapannya kembali jatuh pada rambut setengah basah Aresh ...
Wajah Resya memanas bersamaan dengan bayangan dirinya yang asik mengusap rambut Aresh tadi malam. Andai dirinya bisa leluasa melakukan itu setiap malam sebelum tidur---
"Resya?"
"I-iya?" Ia tersentak kaget mendengar panggilan tiba-tiba dari Aresh.
"Ada waktu gak? Saya mau minta dikeringin rambut sama kamu," pinta yang lebih tua. Resya hanya bisa mengangguk kaku lalu bangkit untuk mengambilkan hair dryer di kamar Aresh.
Gadis itu kembali ke ruang tengah lalu segera memasangkan kabel hair dryer ke stop kontak.
"Om mau duduk di mana?" tanyanya pada Aresh yang sudah duduk di sofa sebrang meja.
"Enaknya di mana?" Aresh balik bertanya.
"Bagusnya sih om duduk di bawah biar aku gampang nyisirnya, tapi kalau gak mau ya bisa duduk di sampingku aja, tanganku cukup panjang kok buat---" Kalimat Resya terhenti saat Aresh tiba-tiba duduk di bawah sofa tepat di antara kakinya. Posisi yang cukup membuat otaknya mandet beberapa saat.
Menghembuskan nafas perlahan, Resya mencoba santai. Perlahan ia sisir rambut Aresh lalu segera menyalakan pengering rambut. Tadinya Resya ingin menahan diri untuk tidak mengelus rambut Aresh tapi surai hitam itu terlihat sangat lembut seolah memanggilnya untuk menjatuhkan tangan di atasnya.
Tak tahan melihatnya, Resya simpan sisir di atas sofa lalu meletakan tangannya di sela-sela rambut Aresh, menyisir rambut hitam itu dengan jarinya.
"Resya?" Panggilan tiba-tiba dari Aresh tidak menghentikan Resya dari kegiatan barunya. Ia hanya mendengung pelan sebagai jawaban.
"Maaf, ya?"
Bisa Aresh rasakan tangan yang tengah menyisir rambutnya sempat terhenti sesaat namun kembali dilanjutkan bersamaan dengan suara Resya yang mengalun di telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. Aresh
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...