🍃 28 - Rafael

494 106 40
                                    

28 - Rafael
 

Gak tahu sih apa faedahnya update tengah malam gini, kaya pengen aja hahah ....



  

Aresh terdiam mendengar ucapan Resya. Tatapannya terkunci pada manik bening yang juga tengah menatapnya.

"Kamu ... serius?" Saya bahkan belum minta maaf dengan benar untuk kejadian tempo hari.

Resya mengangguk. "Iya ... aku khawatir sama Om."

"Untuk pelukan beberapa hari yang lalu---"

"Aku tahu om gak akan ngelakuin itu tanpa alasan." Resya menyela cepat.

Di depannya, Aresh kembali diam membuat Resya makin gugup. Percayalah, ia ingin memeluk Aresh hanya untuk memastikan sesuatu.

"Maaf, tapi ... saya memang sedang butuh tempat bersandar saat ini." Gadis itu mengerjap kaget saat tiba-tiba Aresh menariknya ke dalam pelukan.

Resya membeku. Wangi ini ... ia kembali mencium wangi parfum yang sama di baju suaminya. Menahan sesak yang tiba-tiba menghimpit dada, ia biarkan Aresh tetap memeluknya. Entah, ia hanya tak tahu harus bersikap seperti apa saat ini.

Aresh melepaskan pelukan, menatapnya dalam diam membuat Resya mau tak mau mendongak balas menatapnya.

"Om?"

"Hm?

"Om ... ganti parfum?"

"Enggak, kenapa emangnya?"

"Gak papa." Resya melepaskan rengkuhan Aresh di pinggangnya perlahan. Tak lupa mengulas senyum kecil sebelum kembali menatap yang lebih tua. "Udah malam, aku tidur dulu ya, Om."

Aresh hanya mengangguk, membiarkan Resya beranjak. Namun, baru beberapa langkah gadis itu berjalan, Aresh segera menahan tangannya.

"Kenapa, Om?" tanya Resya dengan raut bingungnya. Aresh kembali terdiam.

Bukan, bukan karena pertanyaan gadis itu. Tapi tatapan kecewa yang tercetak jelas di bola mata itu. Tatapan yang baru Aresh lihat untuk pertama kalinya.

"Om?"

"Saya ... saya mau minta maaf kalau bikin kamu gak nyaman. Dan ... terimakasih sudah membuat saya merasa lebih baik."

Kekehan pelan keluar dari mulut kecil itu membuat Aresh mematung tak mengerti. Dengan tatapan kecewa yang masih kentara di matanya, bagaimana bisa gadis itu malah mengumbar tawa?

"Santai aja sih, Om. Itu 'kan udah jadi tugas aku sebagai istri kontraknya om Aresh. Ya, anggap aja itu balasan karena om udah mau nampung aku di rumah ini."

Aresh menggeleng tegas. "Saya gak nampung kamu. Kamu emang berhak tinggal di sini."

Tatapan keduanya beradu. Berusaha menyelami maksud satu sama lain.

"Kamu istri saya." Aresh kembali menegaskan. "Kamu berhak tinggal di sini, Resya."

Namun kalimat itu tidak cukup untuk menghilangkan sorot kecewa di mata yang lebih muda. Gadis itu menunduk sejenak, lalu kembali mengangkat pandangan dengan senyum yang kembali menghias wajah manisnya. "Istri kontrak kalau om lupa."

WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang