🍃 44 - Kepompong

653 116 46
                                    

44 - Kepompong
 


 

Jam baru menunjukan pukul 5 sore saat Aresh tiba di rumah. Berjalan melewati ruang tengah yang kosong, Aresh memilih segera masuk kamar, biasanya jika tidak ada di ruang tengah Resya pasti sedang nonton TV di kamarnya.

Tapi saat pintu terbuka, kamarnya kosong tanpa ada Resya di sana. Merasa terlalu lelah untuk berpikir macam-macam, Aresh memilih segera melepas kemeja kerjanya lalu meraih handuk dan segera masuk kamar mandi.

Aresh pikir mungkin Resya sedang di kamar atas dan tidak mendengar suara mobilnya tadi makanya gadis itu tidak menyambut kedatangannya. Tapi saat ia memasuki dapur, ada hal aneh yang ia lihat di sana. Meja makan yang kosong tanpa menu makan malam.

Biasanya, sekalipun Resya sibuk, gadis itu akan tetap memasak untuk makan malam mereka. Jikapun tidak, ia pasti mengabari Aresh untuk membeli makanan dari luar. Tapi ketika Aresh mengecek handphonenya lagi, tak ada satupun pesan dari gadis itu.

Tiba-tiba Aresh teringat hari di mana Resya kelelahan sampai tidak punya tenaga untuk menyambutnya pulang kerja. Seketika perasaan khawatir menyerangnya. Dengan langkah tergesa ia segera beranjak menaiki tangga menuju kamar Resya.

"Resya?" Ia mencoba mengetuk pintu dan memanggil nama gadis itu. Namun tak ada sahutan dari dalam. Aresh jadi was-was.

Ia hendak mengambil kunci cadangan di laci. Tapi saat menekan knop pintu dan mendorongnya pelan, ternyata pintu kamarnya tidak terkunci. Aresh memilih segera masuk.

Hal pertama yang ia lihat adalah gundukan selimut di atas kasur. Aresh mengernyit heran. Ini masih sore kenapa Resya sudah tidur dengan seluruh tubuh dibalut selimut begitu?

"Resya?" panggilnya lagi. Gadis itu terlihat bergerak lalu membuka selimut yang menutupi wajahnya. Dan Aresh harus dibuat shock saat melihat sajah sembab itu.

Ia segera menghampirinya. "Kamu kenapa?"

Sedikit meringis, Resya bangun dari posisi tidurannya, mendudukan tubuh di kasur dengan selimut yang masih membalut tubuhnya hingga pipi. Hanya menampilkan rambut, dahi dan matanya saja.

"Om ngapain ke sini?" Suaranya bahkan sedikit teredam tebalnya selimut.

"Saya khawatir sama kamu. Kamu tidak turun untuk makan malam makanya saya susulin ke sini. Muka kamu kenapa? Kamu nangis?" Aresh hendak membuka selimutnya namun ditahan oleh gadis itu.

"Jangan dibuka!" pekiknya kencang membuat Aresh kembali terkejut. "Aku belum mandi hari ini."

Yang lebih tua terdiam tak mengerti.

Apa hubungannya selimut dengan dirinya yang belum mandi?

"Kamu belum mandi?"

Bukannya menjawab Resya malah mengeratkan selimutnya seraya meringis menahan nyeri.

"Kamu baik-baik aja?" Aresh kembali bertanya khawatir.

"Om, boleh tolong ambilin kiranti di laci itu gak?"

"Hah?" Aresh mendadak loading.

"Botol kuning di laci, aku lagi datang bulan," cicit gadis itu pelan.

Setelah otaknya mencerna ucapan Resya, Aresh mulai paham. Ia segera mengambil botol yang Resya maksud. Gerakan tangannya sempat terhenti saat melihat obat lain di dalam sana. Aresh tertegun untuk beberapa saat namun memilih diam tanpa bertanya lebih jauh tentang itu.

WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang