🍃 3 - Anak SMA?

1K 137 45
                                    

3 - Anak SMA?
 

Aresh kembali menyeruput espresso-nya dalam diam. Banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya saat ini. Salah satunya gadis yang tengah meminum susu coklat di hadapannya.

Aresh mengamati setiap inchi wajah gadis itu. Manis, itu penilaiannya.

Rambut hitam sepunggung yang digerai dengan poni lucu menutup dahi hingga alis. Bulu mata lentik, mata bulat, hidungnya tidak terlalu mancung karena tertekan pipi bulatnya, jangan lupakan bibir tipis yang terlihat merona alami.

Tunggu--- kenapa semua yang ada pada gadis itu terlihat bagus di matanya?

Ah, sepertinya penilaian Aresh kali ini terlalu berlebihan. Pemuda itu berdehem sejenak sebelum buka suara. "Jadi kamu yang namanya Resya?"

Gadis yang sedari tadi fokus pada susu coklatnya kini mendongak, mengangkat pandangan hingga tatapannya bersirobok dengan manik hitam Aresh.

"Iya, dan om adalah Aresh temennya om Tara 'kan?"

Aresh tercengang. Dirinya baru saja dipanggil om oleh gadis ini? Astaga Tuhan, yang benar saja!

Ia kembali menyeruput kopinya, panggilan om benar-benar mengganggu! Meski begitu ia tetap mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan gadis itu.

"Om gak salah mau nikah kontrak sama aku? Aku bahkan belum lulus SMA, lho."

Aresh kembali menghela nafas. Ya, sepertinya ia salah. Seterdesak apapun dirinya, mana mungkin menikahi anak belia yang bahkan belum lulus SMA. Dalam hatinya ia terus mencaci-maki Tara yang telah memberikan ide tak masuk akal ini.

"Ya, kayanya saya emang salah. Saya salah makan hari ini." Ini benar-benar tidak masuk akal! Hey! Dirinya bisa disangka pedofil kalau menikahi gadis ini.

"Kamu lupain aja apa yang diomongin Tara ke kamu. Saya duluan." Aresh menyimpan uang di meja untuk membayar kopinya lalu beranjak. Namun saat melewati kusri Resya, gadis itu menahan tangannya.

"Om salah kalau minta nikah kontrak sama remaja labil kaya aku." Resya yang sedari tadi bicara tanpa menatapnya, kini menoleh, kembali mempertemukan tatapan mereka dalam satu garis lurus. "Tapi om gak salah kalau minta nikah sama aku sekalipun aku remaja labil. Asal nikahnya sungguhan bukan cuman di atas kertas."

Aresh kembali dibuat tercengang oleh ucapan gadis itu. Perlahan ia melepaskan genggaman Resya di tangannya.

"Dek, kamu fokus aja belajar ya, bentar lagi ujian jangan mikirin nikah-nikahan." Setalah itu Aresh segera pergi dari sana. Ini benar-benar salah. Mana ada nikah sungguhan! Dengan anak SMA pula? Yang benar saja!

______________

Aresh menjatuhkan tubuhnya di kursi kerja. Otaknya penat bukan main. Kali ini bukan soal kasus perceraian atau kriminal yang harus ia tangani, melainkan permintaan kakek yang menyuruhnya segera menikah. Terlebih ini juga untuk kebaikan si bungsu dan dua adiknya yang lain.

"Ah, kenapa juga saya harus jadi anak pertama? Harusnya Jeya aja yang jadi anak pertama, biar saya yang jadi bungsu," racaunya tak jelas.

Pintu ruangan diketuk lalu terbuka memunculkan kepala Tara yang melongok dari balik pintu.

"Resh, gimana blind date-nya?" tanya Tara setengah berbisik, ia penasaran namun tak berani masuk ruangan karena melihat wajah kusut Aresh. Sahabatnya itu akan mengamuk seperti hulk kalau diganggu saat sedang suntuk.

"Menurut kamu?" Aresh bertanya balik dengan tatapan tajamnya membuat Tara nyengir kaku.

"Aduh!" Tara menepuk jidat. "Aku lupa barusan dipanggil Direktur. Duluan ya, Resh."

WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang