47 - Saya Mau Kamu
Teriakan Resya dari kamar mandi menjadi hal pertama yang Aresh dengar pagi ini. Ia bangun, mengumpulkan nyawa lalu beranjak menuruni ranjang.
Tanpa dosa ia buka pintu kamar mandi di mana ada Resya di dalamnya.
"Aaa! Om Aresh kenapa masuk?!" Lagi-lagi teriakan Resya menggema di ruangan. "Mana gak pake baju lagi, sana keluar!"
Aresh yang sebenarnya masih linglung hanya bisa menurut, keluar dari kamar mandi lalu duduk di tepi ranjang. Tak lupa mengambil kaos terlebih dahulu dari pada kembali di teriaki istrinya gara-gara telanjang.
Telanjang dada maksudnya. Ia masih memakai celana pendek selututnya.
Tak lama kemudian Resya keluar dengan wajah cemberut menatap Aresh kesal. Belum sempat Aresh bertanya suara kesal Resya sudah kembali terdengar.
"Om tuh ya! Besok 'kan acara kelulusanku kenapa ditandain!"
Aresh terdiam sejenak mencerna ucapannya. "Apanya yang ditandain?" tanyanya tak paham.
"Leherku!"
"Oh."
"Oh?!" pekik Resya mengulang ucapannya.
Menggaruk tengkuk kaku Aresh tersenyum tipis. Ia tarik Resya agar duduk di sampingnya. "Mana coba lihat?"
Aresh sedikit menyingkap baju oversize yang dipakai istrinya, melihat ruam kemerahan di leher dan bahunya. Lagi, tanpa dosa ia malah kembali menciuminya membuat Resya segera mendorong wajahnya menjauh.
"Om Aresh ih!"
Aresh kembali tersenyum, tak takut meski Resya sudah menatapnya dengan wajah super kesal.
"Tenang aja besok bisa ditutupi pakai make up."
Ditutupi sih ditutupi, tapi masalahnya ruam merah bekas gigitan Aresh itu hampir memenuhi seluruh tubuh Resya! Tolong garis bawahi--- hampir seluruh tubuh!
Resya juga tidak mungkin sekaget itu saat bercermin tadi jika tandanya hanya ada di leher dan bahu saja.
Gadis itu berdecak, menghempas pegangan Aresh di bahunya. "Ruamnya tuh ada di sekujur tubuh, aku udah kaya orang penyakitan tahu gak?!"
"Itu namanya tanda kepemilikan, sayang. Artinya tubuh kamu memang hanya milik saya."
Resya menoleh kaget, merinding seketika mendengar Aresh yang tiba-tiba memanggilnya sayang.
"Mau saya tambahin lagi enggak tandanya?"
"Jangan macam macam ya!" balas Resya galak. "Aku jalan aja masih sakit," lanjutnya dengan suara yang lebih pelan.
Aresh meliriknya khawatir. "Apa sesakit itu?"
"Lu-lumayan," cicit Resya pelan. Wajahnya sudah merah padam menahan malu. Kenapa pembahasannya malah ke sana coba?!
"Wajar sakit, itu 'kan pengalaman pertama kamu. Selembut apapun saya melakukannya pasti masih menimbulkan rasa sakit. Nanti juga lama-lama enak."
Resya terperangah menatap Aresh tak habis pikir. Bagaimana bisa lelaki itu bicara dengan sangat santai tentang malam pertama mereka. Resya saja malunya minta ampun.
"Wajah kamu merah banget, kamu malu?"
"Om masih nanya?!"
Tangan Aresh terangkat mengelus pipi Resya lembut. "Tidak usah malu, kita 'kan suami istri sudah sewajarnya bicara terbuka tentang hal-hal semacam itu. Selama saya bekerja sebagai pengacara saya banyak menemui kasus perceraian karena miskomunikasi antar suami dengan istrinya. Tak jarang pula karena kurangnya perhatian tentang kepuasan pasangan di atas ranjang." Aresh menjelaskan panjang lebar masih dengan tangan yang menangkup pipi Resya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. Aresh
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...