🍃 27 - Parfum

496 102 25
                                    

27 - Parfum

Bel berbunyi nyaring. Biasanya Resya tidak pernah sesemangat ini untuk pulang, entah mengapa hari ini terasa berbeda. Mungkin karena tadi pagi Aresh sudah berjanji akan memasakannya makan malam, makanya ia jadi semangat untuk segera pulang.

"Dijemput om kamu lagi?" tanya Jeno yang sudah berdiri di samping mejanya. Resya mendongak lalu tersenyum pada si pemuda konglomerat itu.

"Padahal kita searah, bukannya lebih nyaman kalau kamu pulang sama aku aja, biar om kamu gak capek jemput?" Berharap Resya menyetuji ucapannya. Namun yang ia dapat hanyalah gelengan kepala.

"Aku gak mau ngerepotin orang lain, Jen. Cukup om Aresh aja yang kubuat repot."

Jeno diam. Akhir-akhir ini si pemuda konglomerat ini memang banyak diam, mungkin karena lelah belajar atau stress menjelang ujian akhir nanti.

"Tapi aku gak ngerasa direpotin sama sekali," ujarnya setelah terdiam untuk waktu yang cukup lama.

"Enggak, aku gak mau kamu dapat masalah, Jen. Kamu tahu sendiri om Aresh gak ngizinin aku pergi sama orang lain."

"Ya udah aku tungguin sampe dia datang jemput kamu kalau gitu, ya?"

Resya mengangguk, tersenyum senang lalu segera keluar dari kelas bersama Jeno yang berjalan di sampingnya.

Tiba-tiba handphone di sakunya bergetar.

"Eh, bentar deh, Jen." Ia menghentikan langkah lalu membuka pesan yang baru saja masuk ke aplikasi hijaunya.

Om Aresh

Maaf saya gak bisa jemput hari ini
Ada urusan dadakan
Kamu pulang naik taksi ya?
Nanti saya ganti uangnya

"Yaaah ..." Tanpa sadar Resya mendesah kesal. "Kenapa baru ngasih tahu sekarang?!"

"Kenapa?" tanya Jeno.

"Om Aresh gak bisa jemput."

Diam-diam Jeno tersenyum tipis. "Mau naik bus atau bareng aku?"

"Naik bus aja deh nanti."

"Nanti?"

"Iya, sekarang mau belajar aja ke perpus." Resya memutar langkah berbalik menuju perpus.

"Bagus lah, jadi aku ada temen belajar hari ini," sahut Jeno pelan.

"Kamu gak pulang sekarang, Jen?"

"Enggak, aku juga mau belajar di perpus kok cuman males sendiri, tapi karena sekarang ada kamu yang nemenin, aku gak males lagi."

Resya terkekeh, menggeplak lengan Jeno main-main. "Makanya cari pacar biar ada yang selalu nemenin belajar di perpus."

"Iya, nanti deh kalau udah lulus."

"Yaaa ... gak bisa belajar di perpus bareng dong."

"Kan bisa di perpustakaan kota atau belajar bareng di rumahku."

"Modus kamu doang sih itu."

Jeno ikut terkekeh. Mereka memasuki perpusatakaan yang cukup sepi karena hanya ada beberapa anak yang tengah belajar di ruangan penuh buku itu.

Mengambil beberapa buku untuk dibaca lalu memilih duduk di meja agak pojok.

"Tapi serius, Sya," ujar Jeno tiba-tiba. "Aku bakal punya pacar kalau udah lulus nanti."

"Iya iya, kamu 'kan ganteng pasti banyak yang suka." Resya tidak sadar saja kalau telinga Jeno saat ini memerah karena ucapan blak-blakannya barusan.

WGM - (Bukan) Nikah Kontrak -ft. AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang