Baru saja Felix berjalan keluar kelas, tangannya sudah di tarik oleh seseorang.
"Kenapa lama sekali?"
Lama tidak mendapatkan jawaban, pemuda Hwang itu menoleh ke belakang, lalu berdecak pelan sebelum kembali menghadap ke depan.
Parkiran sekolah sudah sepi, Hyunjin sedari tadi menunggu Felix mengerjakan piket kelasnya, tentu saja bukan jadwal piket nya sendiri, melainkan jadwal si Hwang. Sekaligus menunggu agar sekolah menjadi lebih sepi.
Hyunjin membukakan pintu mobilnya untuk Felix, bangku sebelah pengemudi, lalu mendorong tubuh yang lebih muda agar masuk ke dalam.
Hyunjin menjalankan mobilnya segera setelah ia masuk dan memasang seatbelt.
Sesampainya di rumah mewah berwarnakan putih, Hyunjin turun dari mobil, lalu menunggu Felix keluar dari mobil.
"Kita kerjakan dirumah ku."
Felix mengangguk, walah didalam hatinya terus merapal kan doa agar pemuda itu tidak macam-macam padanya.
Kini Felix sudah duduk di atas karpet dikamar Hwang Hyunjin. Sedangkan si pemilik sedang mengambil laptop dan buku bukunya.
"Kerjakan, aku yang akan presentasi."
Felix hanya bisa menurut, mulai menggerakkan jari jarinya mencari materi yang akan dipresentasikan.
Sedangkan Hyunjin? pemuda itu membaringkan tubuh di kasur empuknya, menatap lekat manik kecoklatan yang sedang sibuk menatap layar laptop.
Felix sedikit lebih tenang sekarang, karena Hyunjin terlihat tidak akan menyakitinya kali ini.
••• Máscaras •••
"Felix, ikut denganku ke bawah. Matikan saja dulu laptopnya."Felix menatap Hyunjin bingung, tatapan yang seolah olah bertanya, "Untuk apa?"
"Akan ada yang datang, bantu aku menyambut mereka."
Felix menyimpan file tugas mereka, lalu mematikan laptop dan mengikuti Hyunjin turun dari lantai dua menuju gerbang.
Tidak lama kemudian, dua mobil memasuki pekarangan rumah Hyunjin. Seorang wanita yang mungkin baru menginjak umur 40 dan seorang laki laki yang terlihat lebih tua dari si wanita.
Felix dapat menyimpulkan, mereka adalah kedua orang tua Hyunjin, tapi kenapa datang bersamaan namun dengan mobil berbeda?
"Mama, berikan tas itu padaku, biar aku bawakan."
Wanita yang di panggil mama oleh Hyunjin itu tersenyum, lantas memberikan tasnya pada anak semata wayangnya.
"Hyunjin, nanti malam ikut papa."
Air wajah Hyunjin yang awalnya ceria seketika berubah, "Perusahaan papa?"
Tuan Hwang tidak menjawab, lalu masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
"Turuti saja Hyun, dan dia siapa?" Nyonya Hwang menunjuk seorang pemuda yang sedari tadi hanya berdiam diri sedikit jauh di belakang Hyunjin.
Hyunjin mengangguk patuh, lalu menoleh ke arah Felix yang di tunjuk oleh mamanya.
"Dia teman Hyunjin."
Kedua mata Felix membulat, "Teman...?"
"Sungguh? akhirnya kau punya teman Hyun. Teman yang baik."
Hyunjin memutar bola matanya malas, "Ayo masuk Ma, bibi sudah membuatkan makanan."
Mereka masuk ke dalam, begitu juga dengan Felix.
Dan disinilah Felix berada, duduk di bangku meja makan keluarga Hwang yang terlihat sangat mewah, berbagai macam makanan dihidangkan di sana.
"Lee Felix, benar bukan?"
Felix menoleh dengan cepat ke arah tuan Hwang, lalu mengangguk.
"Bagaimana dia bisa tau namaku? apa Hyunjin sudah memberitahunya?"
"Tidak perlu bingung, saya tau semua orang yang dekat dengan anak saya," ucap papa Hyunjin seolah mengetahui isi hati Felix.
"Kenapa dia diam saja Hyun?"
"Mama, dia tidak bisa bicara."
Nyonya Hwang menatap Felix tidak percaya, anak itu terlihat sempurna dari luar.
"Maaf kan aku Felix, aku tidak tau."
Felix hanya tersenyum, sudah biasa di berikan pernyataan maaf seperti itu.
"Makanlah."
Ucapan sang kepala keluarga menjadi akhir dari obrolan, dan mereka memulai makan bersamanya.
••• Máscaras •••
Nyonya Hwang mengajak Felix ke taman bunga dirumah itu, hanya Felix.
"Kenapa berdiri? duduklah di sampingku, tidak papa."
Dengan ragu-ragu, Felix pun duduk di sebelahnya.
"Aku Suzy, panggil aku bunda, okey?"
Felix mengeluarkan notebook kecil dari sakunya, serta sebuah pena, dan mulai menulis disana. Lalu Felix menunjukkan tulisannya pada Nyonya Hwang.
"Kenapa Bunda?"
"Karena mempunyai dua anak laki-laki adalah salah satu impianku, tapi aku hanya memiliki Hyunjin. Hyunjin sebelumnya belum pernah mengenalkan temannya padaku, dan melihatmu, aku ingin kamu melihatku sebagai ibumu juga, Felix."
Felix tersenyum bahagia, tapi bolehkah dia beranggapan bahwa keberadaannya kini di sukai seseorang?
Felix kembali menulis lagi, "Baiklah, bunda?"
Suzy tersenyum menahan gemas, tapi tetap saja kedua tangannya beralih mencubit kedua pipi Felix.
"Felix, kenapa kau manis sekali? andai Hyunjin bisa semanis dirimu."
Felix tertawa pelan, Hyunjin dan kata manis itu sepertinya perpaduan yang sulit ditemukan.
"Bagaimana Hyunjin disekolah Fel? dia satu sekolah denganmu kan?"
Felix mengangguk, dengan ragu jemarinya menulis kata-kata baik untuk sang perundungnya.
"Dia anak yang baik, dan sering membantuku."
"Membantuku mendapatkan rasa sakit," ucap Felix dalam hati.
"Sungguh? aku akan lebih percaya jika anakku itu seorang berandalan di sekolah, dari pada seorang anak baik."
Felix menggeleng, "Dia bukan berandalan, walau terkadang menyebalkan."
"Baiklah, aku percaya."
Mereka mengobrol sebentar, sebelum Hyunjin datang dan mengantarkan Felix pulang karena hari sudah mulai gelap.
••• Máscaras •••
Don't forget to voment, thanks for reading.
Note : judul setiap bab adalah bagian dari bab berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Máscaras | MinLix
Fanfiction"𝘼𝙠𝙪 𝙞𝙣𝙞 𝙘𝙖𝙘𝙖𝙩, 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙪𝙝𝙡𝙖𝙝, 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙢𝙖𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙞𝙠𝙪𝙩 𝙩𝙚𝙧𝙠𝙚𝙣𝙖 𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙧𝙞𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙚𝙠𝙖𝙩𝙠𝙪." Sejak pertama kali melihatnya, Minho yakin bahwa Felix itu matahari yang...