[3] Maafkan aku

545 103 13
                                    

Hari ini Felix benar-benar merasa tenang, karena tidak ada satupun yang mengganggunya.

Dia kini berada di Cafetaria, duduk bersama Minho untuk makan bersama. Minho hanya ingin bertanya suatu hal pada Felix.

Sambil menunggu makanan yang mereka pesan sampai, Minho menimbang-nimbang apakah pertanyaannya nanti tidak akan mengganggu pemuda di hadapannya ini?

"Fel, kakak mau nanya sama kamu."

Felix yang sedari tadi menunduk memainkan dasinya itu mendongak, menatap Minho penuh tanya.

"Kamu memang sudah ga bisa bicara sejak lahir?"

Pertanyaan yang di lontarkan Minho membuat Felix terkejut, "Kenapa menanyakan itu?"

Felix hanya mengangguk sebagai jawaban, karena dia sedang tidak membawa Notebook ya sekarang.

"Kenapa kamu tidak belajar bahasa isyarat?"

Melihat Felix seperti ingin menjawab namun tentu saja tidak bisa, Minho pun paham bahwa Felix tidak membawa buku catatannya.

Dia mengeluarkan pena dari sakunya, "Tulis saja di telapak tanganku Fel."

Felix menatap ragu pena di tangan Minho, Minho pun mengangguk guna meyakinkan Felix.

Felix menerima uluran pena Mino, lantas mulai menulis di telapak tangan yang lebih tua.

"Aku pernah belajar saat kecil kak, tapi aku tidak terbiasa menggunakannya, lagi pula tidak ada yang memahaminya, jadi itu percumah."

Setelah membacanya, Minho menggelengkan kepala, "Aku memahaminya."

Felix menatap Minho takjub.

"Gunakanlah bahasa isyarat jika kamu bersamaku."

Felix mengangguk semangat, sedari kecil ia ingin memiliki seseorang yang dapat memahaminya.

Makanan tiba, mereka pun menikmati makan siang mereka sebelum bel kembali berbunyi, menandakan bahwa istirahat telah usai.

••• Máscaras •••

Seusai makan siang bersama kakak kelasnya, Felix kembali ke kelas, senyuman kecut terpatri di wajah manis pemuda itu.

Mejanya penuh dengan tumpukan sampah.
Felix keluar kelas dan ke toilet untuk mengambil kain pel, dan dia berpapasan dengan seorang yang sedari tadi tidak terlihat kehadirannya.

"Felix."

Felix hanya menatap pemuda itu dengan tatapan bertanya, "Kenapa?"

"Mau kemana?"

Kini Felix menatap orang itu dengan tatapan bingung, apa dia lupa bahwa seseorang yang diajaknya berbicara ini tidak bisa bicara?

"Kau bisa bahasa isyaratkan? gunakan itu padaku juga."

Felix masih diam, dirinya sungguh bingung, ada apa dengan orang di hadapannya ini?

"Oke kalo kau tidak mau, tapi terima ini, ini untukmu."

Pemuda itu mengeluarkan dua buku catatan kecil dan sebuah pena untuk Felix dari saku hoodienya. Felix menerimanya dengan segera, lalu dengan cepat menulis sesuatu disana.

"Ada apa denganmu, Hyunjin?"

"Aku hanya ingin berbuat baik pada mu, apa tidak boleh?"

Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang