[16] Dracarys

309 69 0
                                    

Minho duduk di pinggiran kasur kamar hotelnya, menunggu Felix yang sedang mandi. Minho memesan satu kamar dan tentunya dengan dua kasur.

Pikirannya sedang berkelana ke seorang pemuda yang tadi pagi ia temui di depan minimarket. Tidak mungkin kan Felix membohonginya?

Pemuda itu benar-benar mirip Felix, tidak hanya aroma parfum, tapi juga dengan postur tubuhnya.

"Tapi dia seperti tidak mengenalmu, Minho. Lagi pula Felix tidak bisa.."

Minho menggelengkan kepalanya dengan cepat, menolak tebakan-tebakan aneh yang muncul di kepalanya.

Ceklek

Minho menoleh pada pintu kamar mandi yang terbuka, menampilkan Felix dengan rambut blonde nya.

"Sudah siap? ayo makan."

Felix mengangguk, lalu mengikuti Minho keluar kamar.

Minho membawa Felix pada restaurant yang berada di pinggir pantai.

Minho membawa Felix pada restaurant yang berada di pinggir pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau suka?"

Sepertinya sudah menjadi rutinitas Minho untuk bertanya seperti itu, dan Felix hanya mengangguk sembari memamerkan senyuman manisnya.

"Pesan apapun yang kamu sukai, tapi pastikan untuk bisa menghabiskannya."

Felix mengangguk lagi sebagai jawabannya.

Setelah usai memesan makanan, ponsel Minho berdering, membuat pemuda itu beranjak dari duduknya dan menjauh dari sana untuk menghindari suara berisik.

"Ya?" ucap Minho setelah mengangkat panggilan telfonnya.

"Anda dimana, tuan?"

"Aku sedang berlibur."

"Kami membutuhkan bantuan anda sekarang."

"Ada apa?"

"......"

"Sungguh? tidak mungkin aku pulang sekarang."

"Pak Jung menunggu anda, cobalah telfon dia setelah ini."

"Baiklah, terimakasih telah menyampaikannya."

"Ya tuan."

Orang itu mematikan sambungan telfonnya, Minho memijat pangkal hidungnya, "Menganggu liburanku saja."

Ia lalu kembali pada mejanya dan melihat Felix yang sibuk bermain ponsel.

"Maaf sudah meninggalkanmu."

"Tidak papa, karena itu sepertinya penting."

"Fel, Kemarilah tangan kananmu," Minho mengulurkan tangannya di atas meja.

Felix lantas menaruh tangan kanannya di atas tangan Minho yang langsung digenggam oleh pemuda itu.

"Apa aku hanya sebagai suaramu?"

Felix tampak terkejut mendengar pertanyaan Minho, ia mengangguk sebentar namun langsung menggeleng dengan cepat.

"Kak, aku tidak bisa berbicara, dan suara adalah hal yang paling ku inginkan di hidupku. Ku harap kakak paham maksudku."

Minho terkekeh pelan melihat tingkah manis seseorang yang mungkin bisa ia sebut sebagai kekasihnya itu.

"Kenapa kamu menyukaiku, Felix?"

"Karena selama ini, hanya kakak yang menolongku. Lalu perasaan itu hadir dengan sendirinya."

••• Máscaras •••

Minho melirik pada Felix yang sudah terlelap dalam tidurnya, lalu ia mengambil handphone dan pergi ke balkon.

Minho mencari nama seseorang di kontaknya, lalu menekan simbol telfon disana.

"Akhirnya kau meneleponku."

"Ada apa?"

"Apa kau bisa menemui ku besok?"

"Tentu."

"Ada pekerjaan tambahan untukmu, dan aku menemukan sesuatu."

"Apa yang kau temukan?"

"Aku menemukan fotonya, dan bukti bahwa dia memiliki hubungan dengan Dracarys."

Minho tersenyum licik mendengar informasi itu, sebentar lagi tugasnya selesai.

"Sungguh? lalu apa tugasku selanjutnya?"

"Kau cukup memantau dirinya hingga kita menemukan bukti yang lain, dan juga lengkapi bukti tentang tempat itu."

"Baiklah, berikan aku waktu satu minggu."

"Minho, apa kau lupa jika kau berada di atas ku? kenapa meminta waktu padaku?"

"Terlalu lama bersantai, aku lupa itu."

"Tunggu saja hingga aku merebut posisimu."

"Akan ku pastikan kepalamu berada di dapurku."

••• Máscaras •••

Felix membukakan pintu rumahnya, dan mempersilahkan Minho untuk masuk terlebih dahulu.

Setelah itu ia pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, meninggalkan Minho yang sedang melihat-lihat isi rumahnya.

Minho terkagum melihat rumah itu, walau tidak terlalu besar, namun tetap saja merawat rumah seorang diri itu sulit, terlebih Felix sibuk sekolah. Rumah bernuansa gelap itu sangat bersih dan tertata rapi.

Felix kembali dan membawa dua cangkir jus jeruk, lalu duduk di sebelah Minho.

"Maaf, hanya ada ini."

"Tidak papa, ini sudah cukup," ucap Minho sebelum meminum jus jeruknya.

"Aku tidak akan sekolah besok."

Felix menatap Minho penuh tanya, "Kenapa? kakak lelah?"

"Tidak, bukan itu. Ada sesuatu yang perlu ku urus. Hyunjin tidak pernah mengganggumu lagi kan?"

Felix mengangguk paham, lalu menggeleng atas pertanyaan Minho.

"Orang lain?"

"Tidak ada, tidak perlu khawatir kak."

"Tapi berjanjilah padaku, jika ada yang mengganggumu, kau harus bilang padaku."

Minho mengarahkan jari kelingking nya pada Felix, Felix mengangguk lalu menautkan jari kelingkingnya sendiri pada jari kelingking Minho.

••• Máscaras •••

Don't forget to voment, thanks for reading.

Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang