[18] Kangen

323 64 1
                                    

"Pulang bersamaku?"

Felix mengangguk, lalu Minho mengambil alih tas Felix dari tangannya, Felix ingin mencegahnya namun Minho sudah berjalan duluan keluar kelas mendahuluinya. Minho melakukannya agar tidak di ambil lagi oleh Felix.

Minho memelankan langkah kakinya untuk menyeimbangi langkah kecil Felix.

"Fel, temani aku beli buku dulu, ya?"

Felix mengangguk untuk mengiyakan, Minho menautkan jemarinya di jemari Felix, tidak perduli dengan orang-orang yang menatap mereka berdua mulai dari saat di koridor hingga sampai di parkiran.

"Aku bawa motor kali ini," Minho mengembalikan tas Felix pada pemiliknya.

Dan Felix pun baru menyadari sesuatu, "Dimana tasmu, kak?"

"Aku meninggalkannya di loker."

Felix pun mengangguk paham, lalu mengikuti Minho naik ke motor.

"Hati-hati naiknya."

••• Máscaras •••

Zrashh..

Suara hujan yang turun sesaat setelah mereka keluar dari toko buku itu membawa mereka kembali masuk untuk berteduh.

"Padahal ramalan cuaca mengatakan hari ini akan panas," gerutu Minho yang kesal karena Hujan datang secara tiba-tiba, membawa langit cerah itu pergi di gantikan awan hitam.

Minho melirik Felix yang sedang memeluk dirinya sendiri, lantas ia melepaskan almamaternya dan memakaikannya di pundak Felix.

Felix pun menoleh menatap Minho, "Tidak papa?"

Ia ingat dulu Minho sempat hampir berkelahi karena seorang gadis memakai almamaternya tanpa izin.

"Tidak papa untuk dirimu, suatu saat nanti aku akan menunjukkan padamu hal yang lebih membanggakan di banding almamater ketua OSIS ini," Minho menepuk pundak Felix beberapa kali.

"Apa?"

"Surprise, dan saat itu tiba, ku harap kau tidak membenciku."

Felix menaikkan satu alisnya, ia tidak mengerti alur pembicara Minho.

"Kenapa aku bisa membencimu?"

Minho membawa tangannya ke kepala Felix dan mengelus puncak kepala pemuda manis itu, "Kamu akan tau nanti."

Felix pun mengangguk dan tidak ingin bertanya lebih jauh, ia akan menunggumu sampai nanti yang dimaksud oleh Minho itu tiba.

Ponsel Minho berdering sebentar membuat pemuda itu membuka ponselnya, lalu mematikannya kembali setelah melihat isi pesan yang dikirimkan.

"Fel, kau mau pulang menggunakan Taxi?"

Felix menggeleng, "Kenapa?"

"Mau hujan-hujanan bersamaku? aku harus pulang dan menunggu hujan reda sepertinya akan sangat lama."

Felix mengangguk, "Apapun itu jika bersamamu."

Minho mencubit kecil hidung Felix, anak itu sangat menggemaskan. Lalu ia menggenggam tangan Felix, membawa yang lebih muda menuju parkiran.

Minho mengambil lagi tas Felix, "Pakai almamater itu dulu dengan benar."

Felix pun menurutinya, setelah itu memakai tasnya kembali.

"Berpeganglah agar kamu tidak jatuh," ucap Minho setelah keduanya menaiki motor.

Minho terkejut saat Felix memeluknya dengan erat bahkan menempelkan kepalanya pada punggung basah Minho.

Senyumannya merekah sebelum melajukan motornya meninggalkan parkiran toko buku.

"Fel."

"Kak Minho bicara?" ucap Felix dalam hati.

"Lee Felix, siapapun kau, aku mencintaimu."

Suara Minho teredam oleh suara air hujan yang turun dengan deras membasahi jalanan kota.

••• Máscaras •••

"Setelah masuk, langsung mandi, okey?jangan sampai sakit."

Felix mengangguk lalu melepaskan kalung yang ia pakai, liontin kalung itu adalah kunci pagar rumahnya. Agar tidak terjatuh lalu menghilang.

"Aku pulang, jaga dirimu baik-baik dirumah."

Felix mengangguk, namun setelahnya menahan lengan Minho agar tidak kembali pada motornya.

Felix memeluk pemuda itu dari belakang, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Minho terkejut, ia menatap tangan mungil Felix yang sedikit bergetar itu kini melingkar di perutnya.

"Hey, Felix? kamu kenapa?"

Minho dapat merasakan kepala Felix menggeleng dan mengenai punggungnya.

Minho melepaskan pelukan Felix padanya, ia berbaik dan menangkup wajah Felix.

"Kau takut sendirian?"

Felix menggeleng.

"Lalu kenapa?"

Felix lagi-lagi hanya menggeleng. Minho lantas memeluk leher yang lebih muda.

"Kau sedang manja ya?"

Felix mengangguk pelan lalu memeluk perut Minho, ingin rasanya Minho melompat-lompat sekarang. Felix-nya kenapa sangat lucu?

Minho mengecup puncak kepala Felix beberapa kali, dan menyisir rambut belakang Felix yang sudah kusut karena terkena air.

Felix mendongak membuat Minho melepas pelukannya, "Kau ingin sesuatu?"

Felix mengangguk kecil, lalu ia berjinjit dan jemari kecilnya itu menarik dasi yang Minho pakai.

Minho membulatkan kedua matanya saat bibir mungil itu mengenai bibirnya sekilas, hanya sebuah kecupan.

Lalu Felix melepaskan pelukannya dari perut Minho dan berbalik hendak memasuki rumahnya. Namun lengannya di tarik oleh Minho, pemuda itu menahan tengkuk Felix lalu mencium bibirnya.

Kini Felix yang membulatkan kedua matanya, ia melihat Minho yang sedang memejamkan mata sembari melumat bibirnya perlahan.

Terbawa suasana, Felix kembali berjinjit agar Minho tidak perlu menunduk, lalu ia meremat kedua pundak Minho. Felix membalas ciuman tanpa nafsu itu.

Keduanya saling menyalurkan rasa sayang di bawah guyuran air hujan.

••• Máscaras •••

Don't forget to voment, thanks for reading.

Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang