[8] Kau mencurigakan

394 86 2
                                    

2 years ago.

Di hari pertama Sam hadir di Sekolah Menengah Atas, ia langsung mendapatkan gelar "Si Playboy" disana.

Alasannya hanya karena pemuda itu selalu menatap lembut ke setiap wanita yang mengajaknya berkenalan, menatap mata wanita itu intens. Berbeda jika ia berbicara pada lelaki, tatapannya itu berubah menjadi tajam.

Tentu saja itu karena perintah Chris yang menyuruhnya untuk mencari seseorang, si cantik bermata Hazel.

Dan didalam kamus Sam, ia tidak boleh menyakiti wanita. Dan menurutnya, menatap tajam pada wanita itu juga bisa menyakiti hatinya.

Dan tugas Sam adalah menjaga, ia tidak ingin jika secara tidak langsung menyakiti seseorang yang ia cari itu.

"Woi Hyun!"

Sam menoleh ke belakang, seseorang memanggilnya.

"Apa?"

"Mau sampai kapan kau menggoda gadis-gadis itu, Hyunjin?"

Ya, dia Hwang Hyunjin, pemuda yang sempat tinggal di Los Angeles dengan nama Sam Hwang.

Hyunjin menaikkan satu alisnya, "Kapan aku menggoda?"

Hwall menepuk pundak Hyunjin sebelum ikut duduk di sebelah pemuda itu. Mereka sedang di pinggir lapangan, beristirahat sebelum Masa Orientasi Siswa di lanjutkan.

"Hey, kau menatap gadis-gadis itu seperti kau menyukai mereka."

"Itu hanya menurutmu."

Hwall terkekeh pelan, sebelum suara benda berjatuhan menarik perhatiannya.

Hwall dan Hyunjin langsung berlari menuju sumber suara, terlihat disana seorang pemuda sedang terduduk di lantai, dengan seseorang lainnya menahan kedua pundaknya agar tidak memberontak.

Hwall dan Hyunjin mengintip dari jendela, kelas kosong itu di gunakan para senior untuk merundung adik kelasnya.

Rambut pemuda itu di tarik agar ia mendongak, Hyunjin merasa ngilu di kepalanya sendiri.

"Hyunjin, kita harus apa?"

"Kita lihat saja dulu, ku rasa kita tidak boleh ikut campur."

Hwall mengangguk.

"Hey murid baru... apa kau merasa dirimu pangeran disini?"

"Hahahaha! apa-apaan rambutnya ini? aku jadi ingin mengguntingnya."

"Kau? kenapa tidak menjawab kami?"

Bugh

Seseorang menendang punggung pemuda itu, membuat tubuhnya tersungkur ke lantai.

Hyunjin meringis melihatnya, ia buru buru mencoba untuk membuka pintu, namun tidak bisa karena pintu kelas itu di kunci dari dalam.

"Dobrak saja Hyun."

Hyunjin pun menurut, ia mendobrak pintu itu sekuat tenaga, namun tetap tidak terbuka.

"Apa kau akan diam saja Hwall? bantu aku!"

Hwall pun mendekat, "Bersama, okey?"

"Kau hitung."

Mereka berdua pun berancang-ancang untuk mendobrak.

"Satu.. dua.. TIGA!"

BRAKK

"AAAA! apa-apaan kalian ini?! mengagetkan saja!" ucap seorang wanita bernama tag Lee Na-eun.

"Lepaskan dia kak," ucap Hwall, sambil menatap tajam wanita itu. Ia merasa tidak asing dengan wajah kakak kelasnya itu.

"Kau siapa? sampai berani memerintah ku?"

Hwall tersenyum miring "Aku? Hyunjun Hur, pewaris Hur Company. Kau? Lee Na-eun bukan?"

"Kau serius? kudengar pewaris Hur Company sedang melanjutkan pendidikan di London," gadis Lee itu tersenyum remeh.

"Itu kakakku, bodoh, dan dia sudah mati," jawab Hwall dengan santainya. Seolah kematian kakaknya bukan apa-apa.

Naeun melepaskan cengkeramannya pada surai pemuda yang ia bully itu, "Apa kau memiliki bukti? aku sama sekali tidak mendengar informasi tentang kematiannya."

"Untuk apa aku mencari bukti untuk kematian seseorang? pergilah atau kau akan menyesal nanti."

Naeun berdecak, lalu menarik lengan temannya dan beranjak keluar kelas kosong itu dan diikuti beberapa temannya yang lain.

Hwall menghembuskan nafas berat, "Ia bahkan tidak meminta maaf pada orang yang sudah dia ganggu."

"Kau tidak papa?" Hyunjin yang sedari tadi diam mengulurkan tangannya pada seseorang yang kini sudah duduk sambil merapikan rambut dan pakaiannya.

Pemuda itu hanya mendongak untuk menatap Hyunjin, lalu menerima uluran tangan Hyunjin untuk membantunya berdiri.

Hyunjin menelisik seragam pemuda itu, tidak ada name tag disana.

"Kau siapa?" tanya Hyunjin.

"Maaf, apa kau tidak bisa berbicara?"

Pemuda itu mengangguk pelan sebagai jawaban, lalu mengeluarkan name tag nya dari saku celana.

Ia menunjukkan benda itu pada Hyunjin dan Hwall.

"Felix Lee? nama yang bagus," ucap Hwall, lalu menyentuh rambut pemuda itu untuk mengambil sesuatu yang mengotorinya.

Sedangkan Hyunjin, ia hanya diam lalu beranjak keluar dari ruang kelas itu. Hyunjin membenci orang yang cacat.

••• Máscaras •••

Don't forget to voment, thanks for reading.

Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang