[12] Berhenti berdetak

331 73 0
                                    

Setelah bel istirahat berdering, Minho langsung beranjak dari kelasnya menuju kelas Felix. Tentu untuk mengajaknya makan siang bersama.

Minho masuk ke kelas Felix, pemuda manis itu sedang sibuk merapikan buku-bukunya, "Mau makan bareng?"

Felix mendongak, lantas mengangguk. Setelah usai membereskan buku, mereka berdua pergi menuju cafetaria.

"Kamu duduk aja, biar kakak yang belikan."

Felix menurut, Minho pergi meninggalkannya untuk memesan makanan. Tidak perlu bertanya pun Minho sudah tau, Felix selalu membeli nasi, sup kentang, dan daging tumis, serta jus jeruk.

Brakk

Gebrakan meja membuat Felix mendongakkan kepala, pemuda di hadapannya itu beralih mencengkram erat lengannya dan menariknya. Ia di bawa keluar cafetaria, namun tangan lain menarik lengannya juga.

"Jangan ganggu Felix," perintah Minho.

Hwall menatap tajam Minho, "Jangan ikut campur, kak."

"Kau bisa bicara tanpa perlu menggunakan emosimu, Hyunjun."

Hwall sangat tidak suka di panggil dengan nama aslinya, ia pun memutar bola matanya malas.

"Aku hanya ingin membawanya pada Hyunjin."

"Untuk apa? dimana anak itu?"

"Kau tidak perlu tau, ini bukan urusanmu."

"Tentu urusanku juga."

"Ah, baiklah kau boleh ikut tapi tolong jangan berucap apapun."

Hwall hanya malas berdebat untuk saat ini, ia pun melepas cengkeramannya pada lengan Felix, kau berjalan lebih dahulu menuju parkiran.

"Masuk lah ke mobil ku."

Minho dan Felix pun masuk, mereka berdua duduk di belakang bangku pengemudi.

"Aih aku bukan sopir kalian," oceh Hwall kesal.

••• Máscaras •••

Hwall membawa mereka berdua ke rumah sakit, cukup jauh hingga memakan waktu satu jam. Hwall membawa mereka untuk menjenguk Hyunjin.

Dari jendela kamar, mereka dapat melihat sosok pemuda jangkung itu sedang duduk di sudut kamar dan meringkuk, serta menutup kedua telinganya.

Minho menatap Felix yang terlihat khawatir, ia pun bertanya pada Hwall.

"Hyunjin kenapa?"

"Aku juga tidak tahu, yang ku tahu hanya Felix yang bersamanya terakhir kali, karena itu aku membawanya kesini."

Felix menatap Minho takut, dan Minho paham tatapan itu. Tidak lama kemudian, seorang suster datang menghampiri mereka.

"Apa kalian teman-temannya Hyunjin?"

Mereka bertiga mengangguk.

"Ku mohon bujuk dia agar mau makan, sedari kemarin dia terus seperti itu."

Hwall mengode Felix untuk masuk, entahlah, Hwall hanya yakin bahwa pemuda manis itu dapat membujuk Hyunjin.

Felix mengangguk dan masuk dengan perlahan ke kamar itu. Dia berjongkok tepat di depan Hyunjin, tangan mungilnya meraih tangan Hyunjin yang sedari tadi masih menutupi telinganya sendiri.

Pemuda itu mendongak, mendapati Felix di hadapannya, ia langsung menepis tangan Felix yang sedang menggenggam kedua tangannya.

"Pergi!"

Minho ikut masuk keruangan itu, ia tau Felix akan sulit untuk menenangkan Hyunjin. Ingatannya kembali pada kemarin malam, saat Felix menjawab pengutaraan isi hatinya.

"Tolong, jadilah suaraku."

"Hyunjin... dengarkan aku, berhentilah seperti ini. Aku memang tidak tau apa alasanmu, tapi jangan menyakiti dirimu sendiri."

Hyunjin tidak merespon ucapan Minho, kepala pemuda itu makin menunduk. Tepat saat Felix kembali mencoba meraih tangannya, Hyunjin langsung berteriak dengan tubuh yang bergemetar.

"PERGI! PERGI! KUMOHON PERGI!"

Hwall masuk ke kamar itu dan mengajak Minho serta Felix untuk keluar saja.

Hyunjin terlalu jauh untuk di gapai, jiwanya yang selalu enggan untuk berbagi cerita, dan raganya yang selalu menolah untuk didekati. Bahkan Hwall yang sudah mengenalnya sejak kecil pun merasa dirinya tidak tau apa-apa tentang Hyunjin.

Di dalam sana, Hyunjin menangis, ia merutuki dirinya sendiri yang secara tidak sengaja berteriak kasar pada Felix. Jauh di dalam hatinya, Hyunjin membenci Felix, sangat.

"Hyunjin, bukan Felix, bukan.. bukan dia.."

Hyunjin memukul kepalanya sendiri beberapa kali.

"Ke-kenapa? kenapa harus Felix..?"

••• Máscaras •••

Don't forget to voment, thanks for reading.



Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang