[10] Aku menunggumu

391 79 7
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa, yang berbeda bagi Felix hanyalah kini ia bisa hidup lebih tenang.

Walau terkadang ia masih mendapatkan hinaan dari orang-orang, tapi sekarang ia tidak lagi di pukul ataupun di tendang.

"Felix, kenapa bengong?"

Felix menerjabkan matanya beberapa kali, lalu menatap seseorang yang duduk di hadapannya.

Seperti biasa, Felix mengambil notebook nya, lalu menulis sesuatu di sana.

"Maaf, aku hanya teringat sesuatu."

"Ah baiklah, apa nanti kau ada waktu?"

"Tidak ada, kenapa kak?"

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, kau mau?

"Tentu."

Minho tersenyum senang saat Felix menerima ajakannya.

"Aku akan menjemputmu jam tujuh malam, tak apa kan jika malam?"

"Tidak papa, kakak tau kan rumahku? tapi tolong tunggu di halte saja."

"Ya, aku tau rumahmu. Baiklah, gunakan pakaian santai."

Felix mengangguk.

"Sebentar lagi bel, aku akan kembali ke kelas."

"Hati-hati kak."

"Aku hanya akan ke kelas, Fel."

Minho beranjak dari duduknya, mengelus kepala Felix sebentar, lalu berjalan keluar kelas dan tidak lupa melambaikan tangan pada Felix. Felix menatap bahu tegap itu menjauh.

"Kenapa dia bersikap sangat manis padamu?" Jeno datang dan berucap sambil menggaruk tengkuknya.

Felix sontak menggeser duduknya karena terkejut, ia tidak menyadari seseorang mendekatinya dan berdiri di sebelahnya duduk.

"Kenapa kau terkejut?"

Felix menggeleng cepat.

"Aku curiga dia berkepribadian ganda."

"Apa yang kau lakukan disini Lee Jeno?" Hyunjin mendorong tubuh Jeno ke depan. "Awas, aku ingin duduk."

Hyunjin duduk di bangku di sebrang Felix.

"Tapi itu bukan kursi mu?!" tanya Jeno kesal.

"Lalu? apa lantai yang kau pijak itu adalah milikmu?" Hyunjin menatap Jeno sinis.

Jeno memutar bola matanya malas, "Terserah kau Hwang."

Hyunjin memutar pandangannya ke Felix, pemuda manis itu sedang fokus menulis sesuatu di bukunya. Lalu ia menggunakan tangan kirinya untuk menopang kepalanya.

Tatapan sinis nya pada Jeno tadi sudah berubah menjadi tatapan lembut, tidak lupa dengan senyuman manis yang menjengkelkan.

"Felix, aku ingin mengajakmu ke rumahku. Ratuku ingin bertemu dirimu," ujar Hyunjin dengan sangat lembut.

Jeno yang mendengar itu mendelik, "Ada apa dengan orang-orang ini?! kemana Hwang Hyunjin yang seakan-akan tidak bisa hidup jika tidak mem-bully Felix bahkan sehari saja???"

Felix memberikan buku nya tadi pada Hyunjin, dan Hyunjin menerimanya.

"Kapan? dan siapa?"

"Mamaku, sepulang sekolah. Akhir-akhir ini dia sering datang kerumah dan terus menanyaimu. Sepertinya dia lupa bahwa aku anaknya."

Mata Jeno sontak membesar, sungguh ia tidak paham dengan perubahan sikap pemuda Hwang itu.

Felix terkekeh pelan, Hyunjin sangat lucu jika sedang mengadu seperti ini.

Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang