Minho menatap sebuah map yang berada di atas mejanya, map berwarna hitam dengan tulisan berwarna merah.
Dracarys.
Pandangannya beralih pada seseorang yang duduk di hadapannya.
"Ini?"
Orang itu mengangguk, "Seluruhnya ada disana, Hongjoong berhasil meretas data mereka."
"Dan artinya, liburanmu selesai," sambungnya.
"Aku tidak libur," ralat Minho.
"Ya ya ya, lalu apa saja yang kau lakukan selama hampir dua tahun disana?"
Minho menatap Jaehyun datar, "Kak Jae, kau tidak lihat data-data yang sudah ku kumpulkan?"
"Kau tidak menunjukkannya padaku, bodoh."
"Hey, kau yang terlalu sibuk mencari-cari pacar selama ini."
"Cih, kenyataannya kau yang asik berpacaran."
"Itu artinya aku normal."
Jaehyun mendelik, "Apa katamu tadi? normal??"
"Kau ju-"
Tok tok tok
Suara ketukan pintu menghentikan perdebatan mereka.
"Itu pasti Hongjoong, sepertinya bel tidak memiliki fungsi baginya," cibir Jaehyun.
Minho tertawa sebentar sebelum beranjak untuk membukakan pintu.
"Hai," sapa orang itu yang di balas anggukan oleh Minho.
"Masuklah, Joong."
Setelah Hongjoong masuk, Minho kembali menutup rapat pintu apartemennya.
"Kau pasti tidak percaya dengan apa yang ku temukan," pemuda seumuran Minho itu terkekeh sebelum mengeluarkan amplop dari saku jaketnya laku melemparnya ke atas meja.
Minho menaikkan satu alisnya, "Memangnya siapa?"
"Bukalah amplop itu."
Minho mengambil amplop berwarna coklat itu lalu membukanya, ada cukup banyak foto didalamnya.
"Kenapa banyak sekali?" tanya Jaehyun.
"Aku menggabungkan seluruh foto yang berhubungan di sana, foto tempat kejadian, rekaman cctv yang tersisa dan juga foto orang-orang yang berhasil tertangkap."
"Orangnya tertangkap?" tanya Jaehyun lagi.
"Tidak, hanya fotonya," jawab Hongjoong santai.
Jaehyun mengelus dadanya sendiri, "Ayo bersabarlah Jaehyun."
Sedangkan Minho hanya tersenyum menetralkan rasa ingin memukul sahabatnya itu.
Minho mengeluarkan foto-foto itu di atas meja dan menyusunnya agar terlihat semua.
Hanya terdapat banyak foto tempat kejadian beserta foto mayat disana, sisanya foto rekaman cctv yang buram dan foto orang-orang yang menggunakan masker dan topi."Hanya dia yang tidak asing bagiku."
Jaehyun menunjuk salah satu foto dan Minho mengambil foto itu dan menelisiknya.
Beberapa saat kemudian Minho mengangguk."Sepertinya aku mengenalnya."
Minho menatap ke langit langit apartemennya untuk mengingat-ingat siapa seseorang itu.
"Ciri-cirinya miri-"
"Ah ya aku ingat, aku pernah bertemu seseorang yang mirip dengannya di minimarket," Minho memotong ucapan Hongjoong.
"Sungguh?" Hongjoong menaikkan sebelah aslinya.
"Kak Jae, kau tau kemarin aku pergi bersama Felix kan? saat di minimarket sebelum pergi dengannya, aku bertemu seseorang yang mirip dengan Fel-"
Minho diam sesaat dan enggan melanjutkan ucapannya, sedangkan Hongjoong terkekeh lagi.
"LEE FELIX?" teriak Jaehyun tidak percaya.
Minho menggeleng dengan cepat, "Bukan, tidak mungkin dia, Felix-ku tidak seperti itu."
"Felix-ku? kau seperti remaja baru jatuh cinta, Minho," ledek Jaehyun yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Minho.
"Sorry, aku gak liat."
"Makasih, kak..?"
"Makasih kak Minho!"
"Lagi pula Joong, jika seseorang yang ku temui di minimarket kemarin memang sama dengan orang yang ada di foto itu, dia tetap bukan Felix."
"Alasannya?"
"Orang itu berbicara, sedangkan Felix tidak."
••• Máscaras •••
Don't forget to voment, thanks for reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Máscaras | MinLix
Fanfiction"𝘼𝙠𝙪 𝙞𝙣𝙞 𝙘𝙖𝙘𝙖𝙩, 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙪𝙝𝙡𝙖𝙝, 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙢𝙖𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙞𝙠𝙪𝙩 𝙩𝙚𝙧𝙠𝙚𝙣𝙖 𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙧𝙞𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙚𝙠𝙖𝙩𝙠𝙪." Sejak pertama kali melihatnya, Minho yakin bahwa Felix itu matahari yang...