[19] Ingin mati?

350 70 2
                                    

Felix membukakan pintu kamarnya, lalu Hwall mendorong kursi roda Hyunjin ke dalam kamar bernuansa putih itu.

Jika Hyunjin tidak merengek seperti anak kecil yang minta di belikan ice cream, pasti Felix tidak akan memperbolehkan pemuda berbibir tebal itu untuk datang kerumahnya bahkan masuk ke kamarnya.

"Kapan kaki mu akan sembuh Hyun? aku lelah harus mendorong kursi roda mu terus."

Hyunjin bisa berjalan, namun dokter menyuruhnya agar menggunakan kursi roda hingga kakinya benar-benar pulih, karena saat itu kakinya itu terkena pukulan tongkat bisbol. Sudah hampir 3 minggu anak itu tidak bersekolah.

"Menurut sajalah Hwall, kak Chris juga menjanjikanmu sesuatu yang bagus kan?"

Hwall tidak bisa mengelak, karena Chris berjanji akan memberikannya mobil setelah Hyunjin sembuh, dengan syarat ia harus selalu menemani Hyunjin dan menuliskan catatan sekolah Hyunjin. Dan tidak mungkin Hwall Hyunjin tawaran bagus itu.

Brukk

Felix menaruh setumpuk buku di meja belajarnya, Hwall mendelik saat mengetahui jumlah buku-buku itu, 16 buku, dan baru buku catatan yang Felix keluarkan. Masih ada buku tugas dan buku pekerjaan rumah.

"Buku ku saja tidak sampai sebanyak itu.." keluh Hwall yang belum menyalinnya saja ia sudah merasa tidak sanggup.

"Ini," Hyunjin menyodori totebag berisikan buku-buku yang telah ia beli ke Hwall, sedari tadi ia memangku buku-buku itu.

Felix mengambil salah satu notebook nya, lalu menulis sesuatu disana.

"Hyun, aku akan ke dapur dulu, membuat minum."

Hyunjin mengangguk setelah membacanya. Felix pun keluar dari kamar dan menuju dapur.

Hyunjin menelisik seluruh inci kamar Felix, kamar itu sangat sepi. Hanya berisikan kasur, lemari, meja belajar dan rak buku. Dan di meja belajar terdapat beberapa notebook yang Hyunjin sadari ada pemberiannya disana.

"Sebenarnya untuk apa catatan ini, Hyun? aku bahkan tidak pernah melihatmu belajar."

Hyunjin berdiri dan berpindah duduk ke tepian kasur Felix dan memukul pundak Hwall.

"YA! Lihat bukumu jadi tercoret!" Hwall menyalin catatan itu sambil berbaring di kasur Felix, sangat malas untuk duduk.

"Salah kau sendiri karena bertanya seperti itu, kau kira dari mana nilai-nilai cantik di nilai ujian ku itu?"

"Hmm... bisa saja kau menyuruh kak Chris untuk membayar guru."

Ctak

"Argh, Hyunjin!"

Hwall mengaduh kesakitan saat Hyunjin menyentil dahinya.

"Catat saja, jangan banyak omong."

Hwall berdecak pelan, "Dan juga kak Chris lebih terlihat seperti sugar daddy mu dibandingkan kakakmu."

Hyunjin mendelik, "Kau ingin ku pukul lagi??"

••• Máscaras •••

Hwall dan Hyunjin sudah pulang membawa serta buku-buku Felix, Felix memperbolehkannya karena ia tidak memerlukan buku-buku itu lagi. Felix sudah hapal isinya.

Felix beranjak meninggalkan meja belajar, ia pergi ke balkon kamarnya dan memandangi langit yang gelap.

Hanya ada satu bintang dan bulan disana. Tangannya terangkat dan menunjuk bulan itu, "Kak Minho."

Lalu tangannya ia geser untuk menunjuk sang bintang yang seorang diri tanpa ditemani bintang bintang yang lain, "Felix."

Felix menurunkan tangannya lalu tersenyum menghadap bulan.

Beberapa saat kemudian awan hitam datang dan menutupi sang bulan, meninggalkan bintang itu sendirian. Membuat senyuman Felix luntur dengan perlahan.

Bulan itu menggambarkan sesuatu yang terjadi pada dirinya kini, Minho yang menghilang sejak dua Minggu lalu.

Minho si anak teladan yang sampai mendapatkan 2 periode menyandang gelar ketua OSIS.

Minho yang absennya hampir selalu bersih dan hanya dikotori oleh beberapa izin karena sakit, kini mengotori absennya dengan ketidak hadiran tanpa keterangan.

Minho yang selalu menemaninya makan siang, Minho yang selalu akan datang ke kelasnya setiap bel pulang berbunyi, Minho yang akan mengantarkannya pulang, Minho yang menolongnya hingga tidak ada lagi yang mengusiknya.

"Felix kangen kakak."

Felix menghembuskan nafasnya gusar, lalu kembali masuk ke kamarnya. Ia menyenderkan punggungnya pada pintu balkon, air matanya menetes seiring matanya tertutup.

"Kak Minho, tadi ada yang ganggu Felix lagi. gak ada yang nolongin Felix, gak ada kakak..."

••• Máscaras •••

Don't forget to voment, thanks for reading.

Máscaras | MinLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang