A L A N A 4

1.2K 56 0
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
🌻🌻🌻

"Kak, aku takut... Hiks... Aku takut... Hiks... Aku capek, hiks..." Alana menangis. Ini pertama kalinya ia kembali menyebut kakak pada seseorang untuk melindunginya. Haruskah dia bahagia? Apakah ini akan berlangsung lama?

"Vin, berani Lo nyakitin adek gue lagi, Lo bakal berurusan sama gue!" Ancam pria itu.

Nara, teman yang kini menjadi sahabat Alana pun ikut datang dan menghampiri Alana.

"Sya, Lo gpp kan?" Tanya Nara

"Gpp Ra, aku gpp" Alana.

"Kak Devin, aku minta stop yah kak Devin nyakitin Dasya ku, kalau kak Devin gak bisa ngasih kebahagian, plis jangan menambah luka!" Ucap Nara tegas.

(Alana POV)

Nara, dia membela ku. Dasya? Darimana dia tau panggilan itu. Dan sekarang kak Daniel, dia mengaku sebagai kakak ku, aku? Alana? . Ah, aku baru saja menyadari satu hal, Nara dan Kak Daniel itu saudara kandung. Tak banyak orang yang mengetahui itu. Tapi aku mengetahui langsung dari Nara. Kenapa mereka sangat baik padaku? Siapa mereka?

Pandangan ku beralih ke kak Devin. Ia masih memasang wajah tak suka, matanya menatap ku dengan kebencian. Itu menakutkan. Aku mengencangkan pelukan ku dilengan kak Daniel, berusaha untuk menghindari kak Devin. Merasa tau apa maksudku, kak Daniel dan Nara membawaku pergi, sedangkan kak Devin tak hentinya memandangi kami, tentunya dengan tatapan tak suka.

"Dek, kita pulang sekarang. Bunda udah nungguin kita" ucap kak Daniel pada Nara. Segera Nara menuju kelasnya untuk mengambil ranselnya. Sedangkan kak Daniel menelepon seseorang, dan itu Alfian.

"Lo bawain tas Dasya, sekarang! Gue tunggu di lobi"

Daniel mematikan sambungan teleponnya. Pandangan nya kini menatap ku.

"Kamu gak boleh sedih lagi yah Sya, aku gak suka. Ingat, kamu gak sendiri disini, ada aku, Nara dan Alfian. Kami akan menjagamu. Ingat, kau adikku, jadi bertingkah lah layaknya seorang adik, mengerti,hmm?"

Ucapan Daniel sangat lembut dan tulus. Rupanya tuhan masih sayang padaku. Ia mengirim Daniel, Nara dan Alfian ke kehidupan ku. Ku harap, dengan adanya mereka, hidupku akan lebih baik lagi.

"Makasih yah kak, makasih banget" aku memeluk Kak Daniel erat. Jika aku boleh egois, aku ingin memeluk Devin, kakak kandungku, bukan Daniel ataupun yang lainnya.

(Alana POV end)

Alfian baru saja memasuki kelasnya dan mengambil ransel milik Alana. Kenzo yang melihat itu segera bertanya.

"Ngapain Lo bawa tas ja.. dia?" Kenzo hendak saja menyebut jalang. Ia sudah terbiasa dengan panggilan itu.

"Bukan urusan Lo" Alfian menepis bahu Kenzo kasar membuatnya meringis kesakitan.

Saat berhasil mengambil ranselnya dan Alana, Alfian kembali dihadapkan dengan ketua kelasnya, Bagas.

"Lo mau bolos? Bareng Alana?" Tanya Bagas

"Gak, gue mau pulang" jawab Alfian datar

"Gabisa, kalau mau pulang, Lo aja sendiri, gausah ngajak Alana" cegah Bagas

"Alana habis di-bully dan sekarang dia harus pulang!" Kini Alfian perlahan mulai emosi dengan sikap Bagas

"Di-bully siapa? Kok gue Gatau? Kondisinya gimana sekarang? Lo mau ngantar dia pulang? Emangnya Lo tau rumahnya? Kok Lo perhatian banget sih sama Alana" pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan pada Alfian hingga membuatnya tak tahan lagi.

(Story Of Ending) LET ME BE HAPPY ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang