A L A N A 32

842 46 8
                                    

Selamat Membaca
.
.
.
🌻🌻🌻

Malam yang penuh kebahagiaan telah berakhir. Kini sang fajar menunjukkan eksistensi nya pada manusia.

Tepat pukul 5 pagi, Alana sudah siap dengan seragamnya. Ia ingin segera pergi ke sekolah dan menghindari keluarganya.

Setelah keluar dari kamarnya, Alana menuju ruang makan dan sarapan disana. Alana melakukan itu secepat mungkin, hingga akhirnya ia berhasil keluar dari rumah tanpa sepengetahuan ayah atau bundanya.

Pukul 6:30 semua anggota keluarga telah berkumpul dimeja makan untuk sarapan. Mata Evita terus memperhatikan kursi kosong disamping Defin. Itu kursi milik Alana.

"Ayo, mulai sarapannya!" Ucap Hendru mengawali.

"Tunggu!" Cegah Evita. "Kita tunggu anak itu" lanjutnya lagi. Ucapan Evita membuat anak-anaknya dan suaminya terkejut.

5 menit berlalu, tapi Alana tak kunjung tiba.

"Bi!!" Panggil Evita "minta anak itu turun! Jangan membuat kami menunggu!"

"Maaf nyonya, non Dasya sudah pergi sejak pukul 5 pagi tadi" jawab art itu sopan.

Evita yang mendengar itu hanya terdiam. Apakah putrinya itu sedang menghindari mereka? Mungkin itulah yang sedang difikirkan Evita.

______

Alana dan sahabat-sahabatnya tengah berada di kantin. Keempatnya kini menikmati makanan masing-masing, dengan sesekali mengobrol.

Ketenangan mereka berhenti ketika Aron dan Alden bergabung.

"Hai!" Sapa Aron.

"Ngapain sih Lo masih kesini!" Kesal Mita yang melihat tampang menyebalkan Aron.

"Gua salah apasih sama Lo? Keknya Lo gasuka banget deh ada gue" ucap Aron mendrama.

"Sahabat Lo tuh yang salah!" Kesal Mita.

"Udahlah Mita, mereka itu beda." Lerai Alana.

"Au ah, kesal aja gue tiap liat dua sahabatnya si curut itu"

"Gue juga kesal kali sama tuh curut" sambung Aron.

"Makan!" Perintah Alden, entah kenapa semua orang menurut saja mendengar perkataan Alden.

Ditengah keheningan makan mereka, datang Nia bersama Nathan menghampiri mereka. Terdengar banyak suara yang memuji keserasian pasangan ini.

"Tumben gak lagi bareng pawangnya" sindir Mita. Yang dimaksud pawang Nia ialah kenzi, Gevin dan Defin.

"Udah bosen kali, hahahah" jawab Alana dan tertawa, diikuti ketiga sahabatnya.

"Lo ngetawain gue yah?" Tuduh Nia. Dia menghampiri Alana dan teman-temannya setelah Nathan pergi ke toilet.

"Kalau iya kenapa? Hahahaha" jawab Alana.

"Lo cemburu kan liat gue jadian sama Nathan? Bilang aja deh Lo!" Ucap Nia.

"Ngapain gue cemburu sama yang bekasan. Gue sih masih mampu kali dapetin barang baru" Alana tersenyum sinis membuat Nia terbakar emosi.

"Kalau lo mampu, kenapa gak dari dulu lo dapetin hati keluarga Lo?"

Jleb...

Perkataan Nia membuat Alana terdiam seribu bahasa.

"Kenapa? Gak bisa kan Lo? Hahahha!!" Tawa Nia memenuhi seiisi kantin.

"Gue emang gak bisa dapetin hati mereka, gak kayak Lo yang anak pungut, tapi diperlakukan bagaikan ratu dirumah gue! Gue gak kayak Lo yang bisa dapetin semuanya, keluarga gue, saudara gue, pelindung gue, kebahagiaan gue, semuanya Lo ambil. Tapi disini gue sadar, betapa se terobsesinya Lo buat dapetin semua yang gue punya." Alana tersenyum keecut.

(Story Of Ending) LET ME BE HAPPY ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang