A L A N A 36

1K 43 0
                                    

Selamat Membaca
.
.
.
🌻🌻🌻

Surabaya

Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan pun berakhir. Kini keluarga Zoofano telah tiba dikediaman megah milik neneknya. Perasaan bercampur takut kini dirasakan Alana. Tidak hanya keluarga kandungnya, bahkan keluarga besarnya pun sangat membenci Alana. Kecuali kedua orang tua Dafa. Sayangnya, mereka tidak bisa ikut ke acara keluarga ini, karena harus ke luar negeri menghadiri upacara kelulusan Difa, adik Dafa.

Kaki Alana memasuki rumah yang begitu megah itu dengan perasaan takut. Dafin yang menyadari itu, segera menggenggam erat tangan Alana, memastikan Alana untuk baik-baik saja.

"Akhirnya, yang ditunggu datang juga.." sapa Manora, Tante Alana.

"Apa kabar Ra?" Tanya Evita sembari memberikan cipika-cipiki.

"Baik mbak. Ya Tuhan, aku loh mbak kangen banget sama kalian. Ey, Nia.. makin cantik kamu sayang" Manora memeluk ponakan angkatnya. Sedari tadi Nia berada tepat disamping Evita.

"Halo Tante, aku kangen banget sama Tante. Kangen dibuatin cookies lagi, dulu Tante sering paketin aku cookies kan, hehehe"

"Iya dong sayang, nanti Tante ajari kamu membuat cookies. Sekarang ke kamar Tante yuk... Tante mau nunjukin kamu kamar baru Tante" Manora berusia 28 tahun dan belum berkeluarga. Dia merupakan anak bungsu, dan tentunya sangat disayangi dikeluarganya.

"Bahkan gue sendiri yang ponakan kandungnya gak pernah ngerasain cookies buatan Tante m, tapi Nia? Heh emang dasarnya gue itu anak pembawa sial, untuk apa Gue ngarepin perlakuan baik mereka." Batin Alana miris dengan nasibnya.

"Yasudah, kita langsung masuk aja." Ajak Hendru.

Tibalah mereka ruang makan. Disana sudah ada nenek selaku kepala keluarga, bersama keluarga om Sofian dan istrinya, juga putrinya yang berusia sama dengan Alana, bernama Bela. Selain itu, ada Tante Rena dan suaminya, juga anak kembarnya Wilda dan Wily yang juga berusia sama dengan Alana. Semuanya sama, mereka membenci Alana, terutama Bela yang blak-blakan menyebut bahwa dirinya benci berada didekat Alana. Namun Wily sedikit berbeda. Tidak ada yang tau apakah ia membenci Alana atau tidak.

"Ibu" sapa Evita dam menyalimi ibunya.

"Anakku....kau terlihat lesu nak.. wajar saja, kau harus merawat anak itu. Harusnya kau buang saja dia"

Jleb

Perkataan wanita tua ini begitu tajam. Diamana hati nuraninya. bukankah Alana cucu kandungnya? Bukankah seorang nenek sangat mengasihi cucunya? Lalu kenapa itu tidak berlaku untuk Alana?

"Ibu, jangan bicara seperti itu. Belum waktunya untuk aku membuangnya. Yang terpenting sekarang ibu harus kembali sehat. Ingat, ibu selalu mengatakan ingin liburan keluarga ke Turki, jadi ibu harus sembuh dulu."

"Aku akan sembuh jika anak itu mati ev." Perkataan neneknya sudah tidak bisa ditahan lagi. Segera Alana berdiri dari sana, menggeser dengan kuat kursinya hingga terjatuh, kegaduhan pun terjadi.

"Maaf, aku pergi dulu" ucap Alana segera pergi dari sana.

"Lihat om, anak om itu selalu membuat masalah. Dia selalu berhasil menghancurkan suasana" ucap Bela.

(Story Of Ending) LET ME BE HAPPY ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang