A L A N A 10

907 36 3
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
🌻🌻🌻

Setelah tiba di rumahnya, tanpa sadar ada Evita yang sedari tadi memperhatikan Alana. Alana memasuki gerbang rumahnya dan menyapa satpam dan beberapa pekerja kebun disana, hingga langkah nya terhenti ketika melihat Evita, Bundanya yang tengah memperhatikannya. Alana kembali menunduk kala Evita mendekatinya.

"Bagus yah kamu... Bukannya belajar malah pacar-pacaran. Emang dasar cewek murahan, gak tau diri kamu" plak... Evita menampar kuat pipi Alana. "Sini kamu!!" Evita menarik keras rambut Alana dan membawanya keruang keluarga.

"Apa lagi ini?!" Tanya Hendru yang melihat istrinya menarik rambut Alana.

"Lihat jalang ini, beraninya dia membawa pacarnya kesini!" Tuduh Evita.

"Kurang ajar!!" Plak...  Alana kembali mendapatkan tamparan dari ayahnya "saya kerja mati-matian untuk membiayai kamu sekolah, tapi kamu malah asik pacaran. Gak tau malu!!" Murka Hendru.

Alana hanya tersenyum melihat ayah dan ibunya bergantian. Seketika dia tertawa keras..

"Hahahaha...... Lucu. Hiks.. lucu.. hehhehehhikssss... ayah dan bunda lucu. Ayah bilang, ayah yang membiayai aku sekolah, mungkin maksud ayah saat aku SD. Karena setelah SMP sampai saat ini, aku membiayai sekolah ku sendiri. Iya, karena aku mendapat beasiswa dengan kepintaran ku, bukan dari uang hasil aku menjual diri seperti kata kalian." Ucap Alana datar. Hendru dan Evita yang terkejut hanya bisa diam. Yah, mereka lupa. Mereka sudah tak pernah membiayai sekolah Alana sejak SMP, Bahkan Alana tidak pernah diberi uang jajan oleh mereka.

"Kurang ajar kamu!!" Evita yang tersinggung menyirami tubuh Alana dengan teh panas, lalu menampar Alana kuat hingga kepalanya terbentur tembok.

Tiba-tiba rasa pusing menyerang kepala Alana. Sakit, sangat sakit. Tanpa Alana sadari, dari hidungnya mengeluarkan darah.

Evita terkejut melihat keadaan putrinya. Terselip rasa bersalah kala melihat putrinya yang kesakitan. Namun ia segera menepis perasaan itu dan kembali memasang wajah datar.

Alana bangkit dan berlari keluar rumah menuju pafiluin. Hampir saja Alana ditabrak mobil Defin. Seketika rasa cemas yang berlebihan kembali muncul. Alana mengalami trauma seperti ini sejak kejadian masa kecilnya dulu. Selain traumanya pada mobil, Alana juga memiliki trauma dengan kolam renang. Dulu, dengan teganya, ayahnya mendorong tubuh kecil Alana kedalam kolam dan membuat Alana kecil hampir meninggal. Beruntung ada beberapa art yang melihat Alana dan segera menolongnya.

"Kak Lo hati-hati dong!!" Bentak Kenzi.

"Sory, gue gak sengaja. Lagian tuh bocah main lari aja depan mobil" jelas Defin.

"Trauma kak Esya!!" Kenzo yang tersadar kemudian keluar dari mobil dan segera menghampiri Alana. "Kak Esya!!" Teriak Kenzo dan dihampiri ketiga abangnya.

Sedangkan Alana terus saja menutup telinganya dan ketakutan.

"Kak Esya tenang. Ada aku disini" Kenzo memeluk kakaknya. Ingin sekali Defin membantu menenangkan kondisi adik kesayangannya ini, namun ia enggan melakukannya.

Kenzo segera mengangkat tubuh Alana dan membawanya ke pafiluin, tempat kamar Alana berada. Beberapa tahun lalu ia diusir dari kamarnya dan harus tinggal di pafiluin, tempat pembantunya tinggal.

"Bukain pintunya goblok!!" Teriak Kenzo kala ketiga abangnya hanya diam tanpa berniat membantu. Segera Gavin berlari membuka pintu untuk Kenzo. Ingat, untuk Kenzo.

Kenzo membawa Alana ke kamarnya dan membaringkan tubuh Alana dikasur. Kamar Alana sangat kecil. Hanya pas untuk satu kasur, laci kecil dan lemari pakaian, serta sebuah ruangan yang merupakan toliet dan kamar mandi. Tak ada meja belajar, meja rias, atau apapun. Sepi, hampa dan gelap. Kenzo tak habis pikir, bagaimana bisa orang tuanya membiarkan Alana tinggal disini.

(Story Of Ending) LET ME BE HAPPY ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang