14

183 46 0
                                    

Semenjak kejadian malam itu, jarak yang tercipta antara aku dan pria itu makin terlihat jelas. Diriku bahkan sesekali mengajak kedua temanku itu untuk bermain di rumahku meski sempat terjadi adu mulut antara aku dan pria Min itu. Untuk urusan pekerjaan rumah, aku tak terlalu sering mengurusinya juga.

Seharusnya diriku melakukan pemberontakan sedari awal untuk menjelaskan posisinya di wilayah milikku. Seperti saat ini, dengan hiruk-pikuk banyaknya manusia yang nyaris seluruhnya telah kehilangan kewarasannya akibat alkohol, diriku berbaur dengan mereka. Tidak, aku bukanlah peminum. Toleransi terhadap alkohol milikku terlalu rendah. Ini akibat tidak mendengarkan titah Jungkook juga. Pria Jeon itu menyuruhku untuk tidak pergi jauh-jauh darinya, tapi justru aku memilih kabur dan duduk di tempat yang salah. Minho berulang tahun dan mengajak seluruh temannya berpesta di bar milik Pamannya. Bodohnya aku justru asal meminum minuman yang dibuat oleh bartender setelah meminta pria itu untuk menyediakan air sebab tenggorokanku yang mengering.

Aku telah kehilangan kewarasanku. Membiarkan Jungkook membawaku pulang ke rumah dan menuntunku hingga depan pintu rumah milikku. Pria ini mengantarku setelah memulangkan Soora lebih dulu ke apartemennya. Entah tak ada orang atau memang pria penumpang di dalam rumahku itu tuli hingga tak menyahuti bunyi bel yang terus berbunyi sebab Jungkook menekan tombolnya berulang kali.

"Jihye?"

Aku melihat pria Min itu keluar dengan setelan piyama tidurnya berwarna navy berbahan satin melekat di tubuhnya dan rambut legamnya yang berantakan. Jungkook segera menyerahkan diriku pada pria Min di depannya.

"Ceritanya panjang, ini karena Jihye juga yang nakal. Aku harus segera pulang sebab ada urusan serius. Aku bisa mempercayakan keselamatan Jihye pada dirimu, bukan?"

Jungkook pandai membuat kata-kata, padahal dirinya terburu-buru sebab telah dihubungi Ayahnya ribuan kali di telepon untuk segera pulang.

Hingga berakhir tubuhku diangkat dan dibawa oleh pria penumpang itu memasuki kamarku. Meletakkan tubuhku perlahan di atas ranjang lantas merapikan posisi tidurku. Melepaskan sepatu yang melekat pada kakiku.

Yoongi ingin pergi, namun aku mencegahnya dengan mencekal pergelangan tangannya hingga pria itu menoleh padaku.

"Jangan pergi, temani aku."

Pria itu menghela napas kasar lantas tetap ingin beranjak dari sini. Aku bangkit kemudian duduk menatapnya dengan merajuk.

"Hei, penumpang! Aku ini pemilik rumah ini, menurut sedikit bisakah?"

Yoongi ingin melanjutkan langkahnya, namun aku keburu meraih kembali tangannya dan menariknya hingga pria itu jatuh tertidur di sebelahku dengan sedikit bagian tubuhnya menindihku. Jangan lupakan pakaianku yang sedikit minim. Ini juga sedikit lebih baik daripada pakaian yang semula ingin ku gunakan yang dipinjamkan Soora kepadaku, namun pria itu menentang keras.

"Sebentar saja. Aku kesepian."

Lantas kedua netraku menutup setelah memandangi wajah pria itu dalam dengan telapak tangan kananku yang menepuk pelan pipi pria Min itu.

"Kau tampan juga," gumamku sebelum benar-benar terlelap dengan bunga tidur yang menjemput kemudian.

[]

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang