23

155 41 5
                                    

Saat pengungkapan perasaan pagi itu, saat seharusnya pria itu menjemput diriku sepulang sekolah dirinya tidak menampakkan kehadirannya. Menunggu di depan gerbang hingga nyaris tak ada lagi siswa di gedung sekolah, ternyata hanya membuang waktu percuma. Papa mengirimkan pesan dan terbaca bahwa katanya pria itu sedang ada masalah dengan tugasnya di universitasnya. Aku hanya menghela napas panjang, sempat menduga bahwa ini akan terjadi. Berakhir dengan diriku yang menaiki bus dan mencoba untuk melaksanakan amanat Papa di isi pesan terakhir yang menyuruh diriku untuk tetap berhati-hati, sebab Papa belum pulang dari kantornya.

Aku mengistirahatkan diri di atas ranjangku ketika telah membersihkan diri dan berganti pakaian. Melelahkan rasanya ketika harus meladeni Soora yang sedang bertengkar dengan Jungkook di sekolah. Harus menjadi pihak penengah ketika ada dua orang temannya yang tengah berseteru.

Tak ada orang lain di rumah ini selain aku sebab Papa dan pria yang enggan aku sebutkan namanya itu juga belum pulang kendati ini sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Aku membuka pintu kamar, ingin ke dapur sebab belum mengisi perut sejak siang tadi akibat terlalu memikirkan pengakuanku terhadap pria Min itu. Ketika diriku batu akan menyentuh tangga pertama untuk turun, pintu depan terbuka dan menampilkan presensi pria yang sama mematungnya dengan diriku ketika telah menutup pintu di belakangnya.

Mencoba untuk mengabaikan kehadirannya dengan langsung melangkah pergi ke ruangan dapur, namun seruan itu menghentikan pergerakanku.

"Jihye!"

Nada suaranya terdengar stabil dan dapat kurasakan bahwa pria itu mendekat dengan aku yang membedakan keberadaannya.

"Mengapa belum tidur?"

"Lapar."

"Ingin saya buatkan sesuatu?"

"Tidak, terima kasih."

Aku ingin beranjak pergi, namun dirinya kembali berkata.

"Mengenai tadi, saya ingin—"

"Tidak perlu di bicarakan lagi, aku juga tidak membutuhkan jawabanmu. Hanya ingin menyampaikan bahwa aku menyukaimu dan tidak berharap bahwa kau juga demikian." Aku memotong perkataannya dan memutar tubuh cepat menjadi menghadap perawakannya.

"Tidak, bukan itu. Maksud saya, maaf tidak menjemputmu sebab tugas saya sedikit bermasalah hingga Dosen sedikit memperlambat kepulangan saya."

Aku terdiam dengan pikiran yang dipenuhi kata-kata umpatan untuk diri sendiri. Rasanya ingin menenggelamkan diri ke tempat paling dasar hingga diriku tak terlihat lagi presensinya di hadapan pria Min di depanku ini.

[]

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang