22

152 39 0
                                    

Entah diriku yang sedang bermasalah atau memang aura yang pria itu keluarkan terlalu kuat. Penjagaan jarak yang diriku lakukan hanya serta merta untuk menyelamatkan keadaan jantungku. Terlalu kuat berdetak hingga diriku nyaris frustasi ketika berdekatan dengan pria itu.

Sesekali Yoongi terlihat berusaha ingin melakukan kontak mata denganku atau berbicara denganku, tapi diriku berusaha untuk menjauh, menjaga jarak agar diriku aman.

Namun kali ini diriku tidak bisa menghindar sebab pria Min itu kini tengah menyetir dengan mobil yang sering dirinya bawa guna berangkat ke universitasnya dan ketika mengantar jemput diriku. Papa tidak membiarkan aku menaiki bus hanya sebab kasus pencopetan beberapa hari yang lalu.

"Pulang seperti biasa?" Itu adalah suara yang pertama kali terdengar sejak aku dan pria itu keluar dari rumah.

Aku hanya berdeham seraya menatap jalanan yang tampak basah sebab dijatuhi air hujan beberapa menit yang lalu.

"Saya melakukan kesalahan?"

Aku diam tidak menjawab.

"Jihye?"

Berusaha untuk tidak menghiraukan dirinya di sebelahku dengan bersiap untuk membuka pintu mobil sebab kini telah sampai di dekat gerbang sekolah namun pergerakanku terhenti kala tangan pria itu mencekal pergelangan tanganku yang bebas.

"Ada apa?" Pria itu bertanya.

"Seharusnya aku yang bertanya, ada apa mencegah diriku?"

"Saya membuat kesalahan? Melakukan sesuatu yang buruk lagi atau ini karena saya yang sempat tidak melakukan pekerjaan rumah kala itu hingga membuat dirimu demikian?"

Pria itu memenuhi runguku dengan semua pertanyaannya yang terlontar hanya dengan satu tarikan napas.

"Aku baik."

"Kau berbohong."

Dirinya kembali bertanya, mencoba untuk memancing diriku dengan semua aksaranya yang terucap hingga membuat kepalaku penuh dengan keadaan jantung yang memburuk— menurutku.

"Kau tidak mengerti."

"Apa yang tidak saya mengerti?"

Aku lihat pria itu seperti tengah berusaha untuk sabar bertanya padaku yang tengah bimbang.

"Jelaskan agar saya mengerti tentang mengapa—"

"Aku menyukaimu."

Lalu keadaan kembali hening dengan tatapan pria itu yang seolah tak mengerti.

"Aku tidak tahu mengapa, tapi jika berdekatan dengan dirimu, jantung ini berdetak terlalu kuat. Aku bahkan takut jika detak itu terlalu jelas terdengar hingga ke telingamu apabila kita berada dalam ruangan yang sama."

Aku meraup udara yang berada di dalam mobil pria itu dengan jemari yang meremat tali tas ranselku.

"Sudah tahu alasannya? Maka dari itu biarkan diriku pergi."

Lalu terburu diriku membuka pintu mobil dan benar-benar bisa keluar seraya kembali meraup rakus udara luar yang terasa lebih menyegarkan daripada di dalam kendaraan roda empat tadi. Menjauh dari keberadaan pria beserta kendaraan miliknya dengan memasuki kawasan sekolah dengan hati yang berharap bahwa ketika pulang sekolah nanti keadaan tidak berubah memburuk.

[]

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang