19

186 42 1
                                    

Ini nyaris sama seperti ketika diriku tertangkap basah membuka pintu kamarku saat pagi dengan menampakkan pemandangan diri yang buruk untuk ditampakkan, memakai pakaian atas tanpa mengenakan celana lagi untuk menutupi pakaian dalamku. Diriku berubah menjadi penurut terhadap semua perkataan pria itu dan mencoba untuk tidak membuat kontak mata lebih dari lima detik antara diriku dan pria itu. Menjadi rajin meminum obat tepat waktu bahkan sebelum Papa atau pria Min itu menyuruhku.

Aku mendengar pintu kamarku di ketuk dan presensi pria yang lebih tua tiga tahun di atas umurku ini memasuki wilayahku seraya membawa nampan dalam kedua tangannya.

Aku langsung bergegas bangkit dari duduk yang semula sibuk mengerjakan tugas di meja belajar menjadi merangkak naik menuju ranjang.

"Paman belum pulang jadi saya membawakan obat untuk dirimu."

Aku hanya diam dan mengambil alih obat dalam kedua tangannya, memasukkan ke dalam mulut dan mendorongnya menggunakan air minum. Diriku telah selesai dengan obat pahit itu, namun pria di depanku justru masih bertahan pada posisinya.

"Jika kejadian tiga hari yang lalu membuat dirimu marah, saya meminta maaf."

Aku menoleh menatap dirinya yang setengah menundukkan kepalanya. Jemarinya saling bertaut di atas pangkuannya dan itu nyaris membuat diriku tertawa sebab tingkahnya.

"Maaf sekali lagi."

Aku kembali menormalkan raut wajahku dan berdeham sekali sebelum menjawab sedatar raut wajahku saat ini.

"Aku maafkan, mungkin memang saat itu diriku sedikit mengesalkan tapi tetap tidak ada toleransi untuk dirimu melecehkanku, bukan?"

Dapat diriku lihat bagaimana wajah pria itu benar-benar merasa seolah bersalah ketika dirinya menegakkan kepalanya yang kemudian kembali tertunduk.

"Maafkan saya, mungkin perbuatan saya kala itu membuat dirimu dan Paman Park marah dan kecewa. Saya bahkan sangat berterima kasih sebab Paman juga kau masih bersikap seolah tidak ada yang terjadi dan membiarkan saya tinggal di sini."

"Papa tidak tahu."

Aku melihat di menegakkan kepalanya cepat dan menatap diriku tak percaya.

"Kau tidak memberitahu Paman?"

Aku menghela napas panjang seraya kedua tanganku yang bersedekap di depan dada. "Tidak."

"Kenapa? Seharusnya dirimu memberitahukannya."

"Lalu kau ingin Papa murka dan kau diusir hingga sikap Papa berubah dingin terhadapmu yang semula hangat bagai cahaya matahari pagi?"

Lalu dia bersikap seperti orang yang tidak tahu harus berbuat apa. Tingkahnya seperti orang bodoh yang tidak bisa melakukan apapun. Diriku baru tahu bahwa pria itu memiliki sisi yang menggemaskan seperti ini di balik tatapan dan kalimat yang sama tajamnya.

"Tidak, saya tahu bahwa perilaku saya tidak bisa dibenarkan, tapi terima kasih untuk tidak mempermasalahkan ini lebih panjang."

Kepalaku sedikit menengadah, menimbulkan kesan congkak dan sombong seraya menatap pria Min di sebelahku yang menatap diriku dengan pancaran mata penuh rasa bersalah.

"Kau pikir segala tindakanku diberikan secara cuma-cuma?"

"Maksudnya?"

"Sebagai balasannya, aku ingin dirimu menuruti perkataanku selama satu bulan. Anggap saja sebagai ungkapan rasa bersalahmu jika jika dirimu benar-benar merasa demikian." Diriku juga tidak tahu bagaimana ide cemerlang ini terlintas dalam pikiranku secara tiba-tiba.

"Bisa jelaskan secara jelas?" Raut wajahnya berubah menjadi kembali serius.

"Jadilah penurut selama sebulan ini, bahasa kasarnya adalah pesuruh."

[]

Kurang baik apa coba diriku selama tiga hari berturut-turut update ABOUT: SENSE

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang