11

205 45 3
                                    

Suhu udara agaknya sedikit lebih dingin dengan suara bising yang ditimbulkan oleh benturan antara air hujan yang jatuh menimpa apapun di bawahnya. Sesekali suara petir terdengar hingga terkadang membuatku memekik terkejut.

Ini sudah mulai menjelang waktunya makan malam, kendati demikian diriku masih tetap berada di dalam kamar tanpa berniat meninggalkan ruangan ini.

Pria Min itu juga sesekali terdengar mengetuk pintu kamarku dan berseru memanggil namaku entah itu menyuruhku makan siang ataupun hanya memanggil saja, mungkin hanya memeriksa apakah daksaku masih berjiwa atau tidak.

Berbicara tentang Min Yogi, dia mungkin kini tengah bertepuk kaki, sebab berhasil mengusir teman-temanku dan mengalahkan adu mulut dengan kami bertiga.

"Nona Park, ini sudah waktunya jam makan malam."

Suara berat yang sedikit lirih itu terdengar, namun aku berusaha untuk menulikan telinga.

"Nona, saya tahu Anda tidak tertidur."

Lihat dan dengarkanlah gaya bicaranya, terdengar seperti Paman yang sudah tua.

Lalu kemudian suara kunci pintu yang terputar membuatku terjaga dari acara memejamku yang kemudian setelahnya suara pria itu terdengar jelas, lebih jelas dari sebelumnya.

"Saya sudah menduga bahwa kau tidak tertidur."

Aku masih diam tak mempedulikan ocehannya.

"Saya rasa telingamu tak bermasalah hingga harus mendadak tuli."

Aku diam.

"Dan sepertinya mulutmu tak terluka parah hingga mirip seperti orang bisu."

Aku menegakkan diri dan kemudian menatap perawakannya yang menatapku datar.

"Ya! Bagaimana bisa dirimu membuka pintu kamarku? Lagi pula ini ruangan pribadiku, kau tak bisa seenaknya memasuki wilayah orang lain, Tuan."

"Paman memberikan seluruh kunci rumahnya pada saya untuk berjaga-jaga jika anaknya kembali menghilangkannya lagi. Lalu untuk pertanyaan kedua, Paman Park mengatakan pada saya untuk melakukan segala cara agar dirimu tetap hidup dalam keteraturan, seperti bangun pagi, makan, belajar dan bermain."

Aku mengepalkan kedua telapak tanganku menahan amarah. Ini benar-benar menjengkelkan.

"Sialan!" Aku mendesis pelan, namun agaknya telinganya terbuat dari telinga harimau hingga dirinya bisa mendengar umpatanku dengan jelas.

"Berbicara kasar dengan orang yang lebih tua adalah sesuatu perbuatan yang tidak baik."

Sialan, sialan, sialan!

[]

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang