34

166 40 2
                                    

"Jiya, besok Papa akan meninggalkanmu selama seminggu. Papa menitipkan dirimu pada Yoongi dan Papa harap dirimu tidak menyusahkannya."

Aku meneguk air hangat. "Tidak perlu titip-menitip, diriku bukan anak kecil." Kembali meneguk air dengan Papa yang mendesah pelan.

"Yoon, dirimu sungguhan ingin pindah?"

Diriku yang tengah menggigit roti telur diam-diam mendengar pembicaraan kedua pria di dekatku ini.

"Masih mencari-cari, tidak mungkin jika saya menumpang di sini terlalu lama."

"Justru Paman senang jika kau berada di sini, hitung-hitung ada yang memperhatikan Jihye ketika saya sedang tidak ada di rumah."

Aku bangkit dan itu menarik atensi kedua pria yang semula sibuk berbincang.

"Aku pergi."

"Kau ingin ke mana?"

"Bertemu teman."

Lalu diriku pergi tanpa mempedulikan seruan Papa yang memanggil namaku berulang kali.

-o★o-

Sesungguhnya diriku tidak tahu ke mana kaki ini melangkah. Ini akhir pekan dan alasan ingin bertemu teman adalah kebohongan besar.

Mendengar pria Min yang ingin pergi meninggalkan rumahku tanpa sempat memberitahuku setelah berhasil memporak-porandakan hati ini membuat diriku kesal. Namun kembali teringat bahwa tak ada guna pria Min itu memberitahu diriku sebab kami berdua hanya dua manusia yang tak memiliki hubungan apapun, bahkan pertemanan.

"Jiya?"

Aku menolehkan kepala sedikit ke belakang dan mendapati perawakan pria Jeon dengan hoodie yang membalut tubuh bagian atasnya serta celana panjang yang membalut tungkai jenjangnya.

"Sedang apa di sini?" tanya pemuda itu.

Jungkook mengambil tempat di sebelah diriku yang tengah duduk di kursi taman.

"Tidak ada."

"Tidak biasanya kau berada di sini, terlebih ini masih pukul delapan pagi. Tempat ini juga sedikit jauh dari kawasan rumahmu."

Aku hanya diam tak berminat menjawab dan Jungkook agaknya paham dan tak bertanya lebih lanjut.

Kami berjalan berdua di trotoar dengan pria itu yang mengajak terlebih dahulu. Pria itu banyak bicara dan aku menanggapi seperti biasa. Sesekali aku mendengar Jungkook terbatuk sesekali dan itu terdengar seperti dirinya sedang tidak sakit. Dia seperti tengah berusaha untuk menyamankan diri dan itu membuat diriku bertanya.

"Maaf jika diriku membuatmu tidak nyaman dengan jalan berdua seperti ini."

"Tidak, kata siapa? Justru diriku senang sebab kita memiliki sedikit waktu untuk berbicara berdua."

Aku menghela napas lalu memutar tubuh ke kiri guna menghadap pria Jeon di sebelahku.

"Jeon, ada yang ingin dirimu katakan?"

Jungkook turut menghentikan langkahnya. "Apa?"

"Kau masih menyukaiku?"

Dirinya terdiam dengan netra yang menatap diriku.

"Jika iya?" Ia bersuara setelah beberapa menit membisu.

"Aku sudah katakan padamu, bukan? Jung, aku harap dirimu mengerti dengan keputusanku sebelumnya. Diriku menolak bukan karena dirimu tidak sempurna di mataku, tapi aku tidak—"

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang