21

158 40 0
                                    

Semenjak malam itu, diriku menjadi tidak baik-baik saja. Mencoba untuk kembali menjaga jarak dan tidak memandang matanya lebih dari lima detik. Mencoba untuk mengurangi kemungkinan diriku untuk bertemu dengan pria itu. Sejak pemadaman listrik malam itu diriku juga berusaha untuk mengubah eksistensiku berada di rumah, seperti bermain dengan Jungkook dan Soora atau beralasan melakukan tugas kelompok di luar rumah— meski kebanyakan dari semua alasan itu adalah kebohongan belaka.

"Jihye, Papa akan pulang kembali besok malam. Dirimu jangan keluar rumah, Papa dengar dari beberapa tetangga bahwa terjadi kasus pencopetan di sekitar sini. Tetap bersama dengan Yoongi itu lebih baik." Lalu Papa menoleh ke arah Yoongi. " Yoon, tolong jaga Jihye."

"Tentu, Paman."

Aku menatap Papa tidak terima. "Aku tidak mau, aku bukan anak kecil lagi dan aku bisa menjaga diri sendiri. Lagi pula ada tugas kelompok di rumah Jaehwa."

"Siapa Jaehwa? Dirimu tidak memiliki teman selain Soora dan Jungkook."

"Teman kelas."

"Tidak perlu, bilang saja bahwa dirimu tengah sakit."

"Papa!"

"Jihye."

Berakhirlah diriku di dalam kamar, mengurung diri dengan pintu yang terkunci. Sesungguhnya Jaehwa dan tugas kelompoknya hanyalah alasan palsu yang diriku buat agar pergi dari rumah ini untuk sesaat. Bahkan dalam kehidupanku yang sesungguhnya, aku dan Jaehwa tidak pernah berbincang lebih.

Mendadak tenggorokanku terasa kering dan tak ada air minum di dalam kamar yang mengharuskan diriku untuk keluar dan mengambilnya di dalam dapur.

Kepalaku menoleh ke seluruh penjuru rumah dan tak mendapati pria Min itu di pandanganku. Berjalan pelan kelewat pintu kamarnya takut ternyata pria itu tengah berada di dalam kamarnya.

Lantas mengisi air di dalam teko hingga penuh dan bersiap untuk membawanya ke dalam kamar sebelum pergerakanku terhenti sebab menabrak dada seseorang yang nyaris membuat teko dalam genggamanku jatuh jika saja pria itu tidak menghentikannya.

"Saya membawa ice cream dengan tiga rasa, Paman bilang bahwa kau menyukainya."

"A-aku harus segera ke kamar."

Pergelangan tanganku dicekal dan kembali menghadap perawakannya yang menatap diriku tajam.

"Ada yang salah?"

"Apa?"

"Kau mencoba untuk menghindar sejak malam itu, saya berbuat kesalahan?"

"Perasaanmu saja." Diriku tengah mencoba untuk bersikap biasa.

"Kau berbohong."

Yoongi mengikis jarak satu langkah dan itu membuat sesuatu di dalam sini tidak baik.

Keadaan jantungku kembali memburuk.

[]

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang