39

176 38 3
                                    

Jika kalian berpikir setelah pengakuan Yoongi kala itu diriku langsung menerima dirinya dengan mudah, itu tidak terjadi. Mengejar itu tidak selalu menyenangkan dan pria itu harus merasakannya.

Selama seminggu ini, diriku tidak begitu mempedulikannya. Hanya berujar seadanya jika pria itu bertanya sesuatu atau yang perlu saja. Untuk berangkat dan pulang sekolah, aku lebih senang untuk menghubungi Jungkook atau menaiki bus sendirian, tapi Yoongi beberapa kali memaksa untuk mengantar jemput diriku dengan menyeret nama Papa agar tidak diriku tolak. Lucu sebenarnya melihat pria itu yang agaknya cukup bekerja keras agar dapat memiliki waktu denganku.

"Akhir pekan nanti dirimu memiliki waktu luang?" Pria itu bertanya dengan membagi pandangannya antara diriku dan jalanan di depannya.

"Entah, sepertinya tidak."

"Ada kegiatan sekolah?"

"Tidak. Aku ada rencana untuk pergi bersama Kak Jimin, hanya ingin berjalan-jalan saja di taman."

Mengapa konversasi ini seperti perbincangan antara orang tua dan anak?

"Bisa dirimu batalkan dan pergi denganku?"

Aku menatap kuriositas. "Mengapa harus?"

"Karena..." Yoongi menjeda perkataannya, seolah sedang memilah aksaranya.

"Kenapa?"

"Aku... cemburu."

Menahan tawa itu tidaklah mudah dan diriku tengah melakukannya. Melihat pipi pria itu yang bersemu merah nyaris meruntuhkan pertahananku.

"Tidak etis menghancurkan rencana yang telah disusun dari jauh-jauh hari."

Pria itu menepikan mobilnya. "Biar saya hubungi Jimin dan memberi pengertian," ujar Yoongi seraya merogoh saku celananya mencari ponsel.

Aku memegang salah stau pergelangan tangan pria itu dan kegiatannya terhenti. "Tidak perlu."

Hening melingkupi kami sejenak. "Dirimu tidak ingin pergi dengan saya?"

"Nanti Kak Jimin merasa aneh." Yoongi menurunkan pandangannya. "Sebab kita memang tidak ada janji apapun." Tatapannya berubah naik menatap diriku.

"Maksud dirimu?"

Aku bersedekap seraya menyandarkan punggungku di kursi mobil. "Ingin pergi denganku akhir pekan nanti, tidak?"

Pria itu mengangguk dan itu terlihat lucu.

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat?"

"Aku tidak suka pria kaku." Dirinya masih bungkam. "Agaknya kau cukup pintar, bukan?"

"Saya akan mengusahakannya."

Aku berdeham dan pria itu segera berujar. "Aku... akan berusaha. Nanti kabari kembali diriku tentang tempat atau waktunya."

Aku menggigit bibir bawahku, mencoba untuk menahan tawa. Ternyata membuat Min Yoongi menyukai diriku itu menyenangkan. Tunggu, apa Min Yoongi menyukaiku?

[]

ABOUT: SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang