17. Sepatu Kaca Bendahara

310 65 15
                                    

Note: Setiap dialog yang menggunakan bahasa daerah akan langsung aku kasih translate di bawahnya.

Banyak terdapat kata-kata kasar.

-

Bel pulang telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Namun, Gladys dan beberapa teman sekelasnya masih harus bertahan di kelas untuk beberapa lama karena jadwal mereka untuk piket kelas.

"Aku nyapu, ya," ucap Gladys dengan sebuah sapu di genggamannya.

Gladys berjalan menuju salah satu meja barisan paling depan. Ia lepas sepatunya, berganti dengan sandal jepit miliknya yang memang perempuan itu simpan di laci mejanya. Sepasang sepatu miliknya ia taruh di atas meja itu. Kemudian baru ia memulai kegiatan menyapunya.

"Jangan lupa cek laci mejanya, ya. Kalo ada sampah langsung catat aja namanya di papan tulis dulu," ucap Gladys mengingatkan.

Di kelas mereka ada peraturan yang mengharuskan membayar denda apabila meninggalkan sampah di laci meja atau sekitaran tempat duduk. Gladys yang menjabat sebagai bendahara kelas lah yang akan mendata nama murid yang melanggar peraturan.

"Siap, Bu!" Memang bukan sebuah teriakan, tapi berupa ucapan tegas. Hal itu membuat Gladys dan teman-teman piketnya menoleh ke sumber suara yang berasal dari muara pintu kelas.

Dan berdirilah Farel di sana.

Laki-laki itu melangkah, lalu menduduki salah satu meja barisan paling depan, duduk tepat di samping sepatu Gladys.

Gladys kembali fokus pada pekerjaannya, begitupun teman-temannya. Tanpa menengok ke arah Farel, ia menegur laki-laki itu, "Ngapain, Rel?"

"Nyamperin kamu." Laki-laki itu masih duduk di atas meja, sesekali kakinya ia ayun-ayunkan hingga tak sengaja menghantam sisi meja.

"Tau darimana aku belum pulang?"

Farel menunjuk kertas hvs yang tertempel pada dinding kelas yang tak jauh dari tempatnya duduk. "Waktu itu gak sengaja liat jadwal piket hehehe."

Kini tersisa barisan sekitar meja yang Farel duduki untuk Gladys sapu. Temannya yang bertugas untuk mengepel pun sudah mulai bekerja sejak tadi.

"Nyapu yang bersih, Dys. Katanya, kalo nyapu gak bersih nanti suaminya brewokan. Aku gak ada rencana pengen brewokan sih."

"Sengaja gak bersih, ah."

"Yaudah, gapapa nanti aku brewokan aja deh."

"Aduhhh. Piket hari ini sambil nonton ftv, ya?" celetuk Rara yang sedang mengepel.

"Ngepel aja yang bener, Ra."

Rara berjalan mendekati Gladys yang sudah berdiri tak jauh dari Farel. "Bagianku udah selesai." Perempuan itu menyenggol-nyenggol tubuh Gladys. "Ooohh sama Farel, ya, ternyata." Alisnya naik turun serta mata melirik Gladys jahil.

"Nggak usah ngegosippppp."

Rara hanya terkekeh. Enggan terlalu mengganggu, cepat-cepat ia mengambil tasnya. "Duluan, ya, guys. Buruan diselesein, kelasnya mau dipake pacaran tuh."

"HEH!"

"Have fun, Gladys, Farel!" Lalu perempuan itu beranjak keluar kelas, menyisakan Gladys, Farel, dan tiga orang teman piket Gladys yang masih belum menyelesaikan bagiannya.

Gladys mengambil tasnya, lalu ia menduduki kursi untuk guru. Diambilnya buku catatan keuangan kelas dari tasnya untuk mencatat nama murid-murid yang melanggar aturan.

"Kok sepatunya dilepas?" tanya Farel memecah keheningan. Lelaki itu masih duduk di tempat yang sama.

"Debu. Kena sepatu susah bersihinnya."

Clouds and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang