Note: Setiap dialog yang menggunakan bahasa daerah akan langsung aku kasih translate di bawahnya.
⚠Banyak terdapat kata-kata kasar.
-
Angin malam menusuk tulang. Gladys berdiri sendirian di depan UGD seraya memeluk dirinya yang hanya terbalut kaus biru malam. Sesekali perempuan itu merutuki kebodohannya yang lupa mengenakan jaket.
Beberapa puluh menit yang lalu, ayahnya tiba-tiba mengeluh sakit perut yang luar biasa. Ingat dengan riwayat penyakit yang pernah Ayah idap, tanpa pikir panjang Bunda segera memutuskan untuk membawa Ayah ke rumah sakit.
"Halo?"
Telepon tersambung. Terdengar suara seseorang di ujung sana.
"Bisa nyamperin aku, nggak?" Suara bergetar milik Gladys membuat panik seseorang di ujung sana.
"Kamu di mana???"
"Rumah sakit...."
"KENAPA KAMU JADI DI RUMAH SAKIT???"
"Nanti aku ceritain. Sekalian temenin cari apel, ya...."
"Oke oke. Meluncurrrrr."
Angin malam dan rasa cemas yang menghampiri Gladys membuat sekujur badan perempuan itu dingin bukan main. Ia menunduk, menatap jari-jari kakinya. Selain hanya menggunakan kaus biru malam untuk atasan, Gladys hanya menggunakan celana jeans selutut untuk bawahan, dan sandal jepit hitam untuk alas kakinya. Tanpa disentuh pun ia tahu kalau kakinya luar biasa dingin. Perempuan itu menggenggam erat tangannya seraya sesekali terpejam. Ia berusaha memikirkan segala hal positif. Meyakinkan dirinya bahwa ayahnya tidak akan kenapa-kenapa, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"DYS!"
"Eh." Gladys mendongak cepat. Tanpa perlu bertatapan pun ia sudah hapal siapa pemilik suara itu. "Cepet banget?"
"Tadi lagi futsal di parak sini."
("Tadi lagi futsal di deket sini.")
Gladys menatap lelaki yang berdiri di sebelah Chandra.
Mengerti tatapan bingung Gladys, Chandra menjelaskan, "Inya futsal jua. Abut handak umpat pas mendangar ikam menelepon minta tolong datangi ke rumah sakit."
("Dia juga futsal. Hebot minta ikut pas denger kamu nelepon minta tolong samperin ke rumah sakit.")
Gladys mengangguk. "Bisa temenin nyari apel, ngg-"
"BISA!" sahut Farel penuh semangat.
Chandra menggeleng pelan seraya terkekeh. "Mulaaaaai bucinnya mulaaaai."
"Siapa yang sakit, Dys?" tanya Farel.
"Ayah."
"Sakit apa?"
"Dari keluhannya sih kayanya batu empedu ayah kambuh lagi. Dulu udah pernah begini juga."
Farel mengangguk paham. "Yaudah, ayo nyari apel." Lelaki itu kemudian membuka tas kecil yang ia bawa. Mengeluarkan jaket hitam miliknya yang masih terlipat rapi. Tangannya terulur untuk memberikan jaket itu kepada Gladys. "Dipake, Dys."
Gladys menatap kedua laki-laki di hadapannya. Penampilan Chandra dan Farel kurang lebih sama. Sama-sama masih mengenakan setelan futsal dan alas kaki yang sudah berganti menjadi sandal jepit, hanya saja Chandra sudah melapisi atasannya dengan hoodie abu-abu.
"Tapi baju kamu juga tipis...."
Farel menggeleng cepat. "Aku gapapa, Dysss. Ayo dipake, ntar kamu beku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds and Sun
Fanfic"Aku sering bilang, 'Kalo ada apa-apa harus langsung diungkapin.' Tapi ternyata pas dijalanin susah juga, ya?" Main cast: Jaemin NCT