7. The Start

939 161 44
                                    

Note: Setiap dialog yang menggunakan bahasa daerah akan langsung aku kasih translate di bawahnya.

Banyak terdapat kata-kata kasar.

-

Dalam masa pendekatannya terhadap Gladys beberapa hari belakang ini, Farel hampir selalu tampak takut-takut, ragu, dan penuh pertimbangan untuk melakukan sesuatu pada Gladys. Lelaki itu selalu berpikir kalau sikap dan perbuatannya bisa jadi akan membuat Gladys risih dan marah. Namun ternyata sikap itu lah yang akhirnya membuat Gladys kesal. Maka dari itu, sejak tadi malam Farel telah putuskan untuk mencoba melakukan apapun yang ingin ia lakukan.

Pagi hari, di parkiran motor yang terletak di area belakang sekolah, tempat di mana ia beberapa hari terakhir memarkirkan motor, Farel tampak masih duduk di atas motornya. Ia memandangi Gladys yang baru saja selesai memarkirkan motor. Tadinya, Farel sudah hampir melangkah menghampiri Gladys kala ia melihat perempuan itu memasuki gerbang parkiran, lelaki itu berniat untuk membantu memarkirkan motornya. Tetapi ia urungkan karena melihat perempuan dengan jaket biru malam itu tampak tidak memerlukan bantuan.

Gladys tampak sudah siap melangkah meninggalkan parkiran, lantas membuat Farel segera meloncat dari motornya. "Dys!" teriak lelaki itu sambil setengah berlari menghampiri Gladys.

Jarak antara posisi parkir motor Farel dan Gladys memang tidak jauh. Namun, jika di posisi Gladys, mungkin kehadiran Farel tertutupi oleh pilar. Jadi wajar saja jika perempuan itu tidak melihat akan kehadiran Farel di sana.

"Bawa motor sendiri, ya?" tanya laki-laki itu ketika ia sudah berdiri di hadapan Gladys.

Perempuan dengan rambut sebahu itu hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Farel.

"Hari ini les?" tanya Farel yang lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan oleh Gladys.

Farel jadi panik, menduga bahwa kemarin ia memang salah bicara, terlalu lancang tiba-tiba menawarkan Gladys untuk ia ajari memasak.

"Ada yang mau diomongin?" tanya Gladys, akhirnya buka suara karena melihat raut wajah Farel yang tampak menahan diri untuk mengatakan sesuatu.

Farel menggeleng cepat. "Nggak."

Gladys mengangguk. "Yaudah, aku ke kelas duluan ya, Rel."

"Yuk yuk, bareng, Dys."

Keduanya berjalan bersisian. Gladys sempat kebingungan, karena ketika mereka melewati kelas Farel, lelaki itu bukannya berbelok masuk ke dalam kelasnya, ia malah tetap berjalan di samping Gladys, berjalan begitu saja melewati kelasnya.

"Rel, kelas kamu—"

"WOY, BUCIN! KELEWATAN!" Perkataan Gladys terpotong oleh suara teriakan seseorang di belakang mereka.

Keduanya berbalik, mendapati Chandra yang berdiri di depan kelas.

"Mau ke kelas Gladys dulu," sahut Farel.

Gladys menoleh bingung. "Ngapain?" tanyanya.

Bukannya menjawab, Farel malah menarik pelan Gladys untuk segera pergi menuju kelas perempuan itu.

"Ada apa, Rel?" Keduanya sudah di depan kelas Gladys. Perempuan itu tidak langsung melangkah masuk ke dalam, ia sekali lagi bertanya tentang keperluan Farel ke kelasnya.

"Ada apa, apa?"

"Katanya mau ke kelasku dulu, mau ngapain?"

"Oh...." Lelaki itu terkekeh. "Mau nganter kamu aja," Farel berkata santai, berbanding terbalik dengan Gladys yang tampak kehilangan akalnya untuk bereaksi.

Clouds and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang