23. He can't

127 14 3
                                    

Note: Setiap dialog yang menggunakan bahasa daerah akan langsung aku kasih translate di bawahnya.

Banyak terdapat kata-kata kasar.

-

Hampir seminggu berlalu, Chandra sudah diperkenankan untuk pulang ke rumah, meski belum boleh untuk pergi ke sekolah. Rencananya ia akan izin selama tiga hari lagi, lalu baru akan kembali masuk sekolah, itu pun akan diantar jemput.

Hari-hari dilalui Gladys bersama Farel yang dengan setia mengantar jemputnya untuk pergi dan pulang sekolah, juga les. Tidak banyak hal yang berubah, termasuk kepastian status keduanya. Farel tampak enggan membahas, lalu Gladys dibuat enggan untuk menanyakan lebih dahulu.

Sore itu, Gladys dan Farel duduk di atas rumput beralaskan karpet tipis yang disewakan oleh pedagang sekitar taman. Dua gelas es cokelat beserta roti panggang tersaji di hadapan mereka.

Satu-satunya tanya yang kala itu terlintas di benak Gladys, dan akhirnya terucap olehnya adalah, "Kamu punya, nggak, tipe hubungan yang gak bisa banget kamu jalanin?"

Tak perlu waktu lama untuk mendapat jawaban atas pertanyaannya karena berselang beberapa detik Farel sudah menjawab, "Aku gak bisa LDR-an."

"Karena?"

"Lebih suka berinteraksi secara langsung. Biar cuma duduk di rumah, nonton tv bareng, atau sekadar minum teh dan makan martabak manis. Bagi aku, ngobrol secara langsung lebih enak daripada via chat atau telepon, atau juga video call," jelasnya. "Lebih dapet chemistry-nya."

Gladys tergelak. "Bahasanya jadi berat banget pake 'chemistry' segala."

Farel ikut tergelak. Bahkan lebih lebar lagi ketika ia melihat tawa Gladys yang baginya menyenangkan.

"LDR bikin banyak masalah," Farel mengungkapkan pendapatnya lagi.

"Tapi banyak kok pasangan yang berhasil."

Farel hanya berdehem panjang.

"Mungkin kamu trust issues, takut pasangan kamu selingkuh."

Farel menoleh menatap perempuan di sampingnya itu. Laki-laki itu tersenyum singkat. "Mungkin," katanya.

Dua kali menjalani hubungan jarak jauh, dua kali pula kegagalan menjadi hasil. Farel merasa cukup dan tidak ingin ada kegagalan yang selanjutnya. Ia akan berusaha untuk menghindar.

Farel tiba-tiba mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke depan, pada jalanan raya yang padat merayap. Laki-laki itu tersadar hal yang ingin sekali ia hindari, kini berada di hadapannya.

***

Berkali-kali Chandra menghembuskan napas berat, bekali-kali pula ia bergumam kesal. Pasalnya, karena kakinya yang belum pulih seutuhnya, ia tidak bisa ikut bermain futsal bersama teman-temannya, dan sekarang ia hanya bisa menonton dari tribun dengan kesal.

Gerimis berubah menjadi hujan deras. Meski mereka bermain di lapangan outdoor, akan kebasahan tidak menjadi alasan untuk berhenti.

Chandra amati, tendangan yang Farel keluarkan semakin kencang. Penuh emosi. Ryan yang mengambil posisi sebagai keeper benar-benar dibuat kewalahan olehnya. Chandra terkekeh-kekeh, apalagi ketika melihat wajah melongo Ryan.

Lima menit kemudian, akhirnya jeda istirahat tiba. Agyan menjatuhkan diri di atas rumput lapangan, hal yang sama dilakukan oleh teman-temannya yang lain, sedangkan Farel dan Ryan memilih berjalan ke arah Chandra untuk duduk dan menandas habis air mineral masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Clouds and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang