19. Ngepel & Ngapel

285 61 6
                                    

Note: Setiap dialog yang menggunakan bahasa daerah akan langsung aku kasih translate di bawahnya.

Banyak terdapat kata-kata kasar.

-

Gladys cepat-cepat keluar dari mobil, berlari menuju gerbang sekolahnya. Hari ini perempuan itu berangkat di antar Ayah dengan mobil, sialnya mereka terjebak macet di beberapa persimpangan.

Tubuh Gladys rasanya ingin merosot. Ia kalah beberapa detik daripada satpam sekolah yang menutup gerbang.

"Gak ada toleransi, Pak? Saya cuma telat beberapa detik aja loh tadi."

"Gak bisa, yaa." Lalu sang satpam melangkah memasuki posnya, kemudian keluar kembali menghampiri Gladys dengan sebuah buku dan satu pulpen di tangannya. Gerbang sedikit beliau buka. "Catat nama dan kelas," ucapnya seraya menyodorkan buku dan pulpen tadi kepada Gladys.

Setelah menuliskan nama dan kelasnya, Gladys dipersilakan memasuki area sekolah. Namun, tentu saja ia tidak bisa langsung masuk kelas. Gladys menghampiri meja pengawas, harus melaporkan diri kalau ia terlambat, lalu diberikan hukuman untuk membersihkan salah satu area sekolah.

Dengan seperangkat alat pel, Gladys melangkah menuju laboratorium Multimedia yang berada tak jauh dari parkiran belakang. Ia ditugaskan untuk mengepel pelataran laboratorium tersebut, di sana sudah ada orang lain yang ditugaskan untuk menyapu. Tasnya ia tinggal di tempat pengawas, bisa ia ambil setelah pekerjaannya selesai dan dipastikan oleh sang pengawas.

"Duluan, Kak," pamit seseorang yang bertugas menyapu pelataran laboratorium. Ternyata murid perempuan itu adalah adik kelas Gladys.

"Iya," jawab Gladys.

Tidak lama setelah perginya adik kelas tersebut, dia kembali bersama pengawas untuk memastikan pekerjaan menyapunya memang sudah beres. Lalu kembali pergi setelahnya, meninggalkan Gladys menyelesaikan pekerjaannya yang baru saja ia mulai seperempat bagian.

"Cewek, sendiri aja?"

Gladys sudah hampir menjatuhkan botol cairan pembersih lantai karena saking terkejutnya. Perempuan itu cepat-cepat berbalik, mendapati Farel yang bersandar pada tembok bangunan di depan laboratorium seraya terkekeh.

"Aku kaget banget!" omel Gladys. "Kamu ngapain?"

"Nyamperin kamu," jawab Farel santai. Masih bersandar, tak ada tanda-tanda akan beranjak dalam waktu dekat. "Pas kamu bilang kejebak macet aku udah ramal kamu bakalan telat."

"Kok tau aku di sini?"

"Kan aku tukang ramal."

Gladys memutar bola matanya seraya tersenyum mengejek mendengar perkataan Farel.

Melihat itu, Farel jadi terkekeh. "Becanda. Tadi aku nanyain ke pengawas."

"Niat banget, ya."

"Iya dong."

"Gak cape berdiri?"

"Nggak sih. Liatin kamu sama dengan mengisi tenaga."

Gladys hanya menggeleng heran.

"Pulang sama aku, ya."

"Iya."

"Serius?"

"Seriuss."

"Oke."

"Kamu gak masuk kelas?"

"Nungguin kamu."

"Jangaaan, nanti ketinggalan materi. Sana ke kelas."

"Ibunya lagi gak masuk kok, Dys. Gapapa."

"Oh... oke."

Clouds and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang