Melinda tertegun lama di ambang pintu. Pikirannya berkecamuk memikirkan sebuah alasan yang masuk akal kenapa kakak iparnya tiba-tiba menyewa jasa pelayanan kamar di saat istrinya tengah hamil besar di luar kota.
Setelah lama membiarkan bel nyaring berbunyi, dengan berbagai pertimbangan dia memutuskan untuk membukanya.
Pintu terbuka. Lelaki tampan bertubuh tinggi tegap itu tertegun memindai penampilan adik iparnya.
"Melisa ...."
Melinda mengangkat kepala. Dia tertegun mendengar nama itu seolah asing di telinga, padahal sebenarnya itu nama aslinya.
"Mbak Danita nggak ada di sini, Mas Cakra," cetus perempuan itu setelah berhasil mengendalikan diri dan menarik rapat cardigan yang dikenakan, guna menutup dadanya yang terekspos karena gaun tidur yang digunakan memiliki potongan yang rendah.
"Saya tahu." Cakra menjawab cepat. "Saya datang ke sini untuk menemuimu. Bukannya adminmu sudah memberi tahu?"
Lagi-lagi Melinda terdiam.
"Tapi--"
"Lebih baik kita bicara di dalam. Boleh saya masuk?"
Dengan canggung Melinda mempersilakan lelaki berkacamata itu untuk memasuki unitnya. Duduk di sofa ruang tamu, sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
"Jadi, ini yang kamu lakukan selama satu tahun?"
Tubuh Melinda menegang di depan mesin penyeduh kopi. Kuat kepalan tangannya mencengkeram gagang cangkir.
"Menyediakan layanan kamar spesial untuk orang-orang kesepian? Dengan kata lain menjual di--"
"Kamu salah paham. Aku bukan p*lacur, Mas," potong Melinda. Dia berbalik dan menatap tajam sang kakak ipar. "Dan semua yang kulakukan sama sekali bukan urusanmu."
"Tapi di sana tertulis bahwa kamu menyediakan berbagai jasa. Salah satunya juga menyangkut kebutuhan para lelaki, bukan?" selidik Cakra.
Melinda memejamkan mata.
Untuk pertama kali dalam setahun, perempuan itu canggung dan gugup melayani pelanggannya yang satu ini.
"Tapi aku nggak bisa," lirih Melinda.
"Kenapa orang lain bisa, tapi saya nggak, Mel?" sentak Cakra.
"Mas udah gila?" pekik Melinda sembari membanting cangkir tepat di hadapan Cakra. "Mbak Danita itu kakak kandungku, Mas. Saat ini dia lagi mengandung anakmu. Bisa-bisanya kamu begini? Pokoknya aku bakal minta Dini buat kembaliin uangnya. Tolong Mas pulang sekarang! Kasihan Mbak Dani yang mungkin lagi nunggu di rumah." Melinda berniat beranjak dari tempatnya, tapi tangan besar Cakra menghentikan pergerakannya.
"Sebenarnya saya ingin bercerai dengan kakakmu, Mel."
.
.
.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room Service
FanfictionMelinda menyediakan jasa pelayanan kamar khusus di sebuah unit apartemen elite di pusat kota. Banyak rahasia yang sudah dia simpan dari para pelanggannya. Mulai dari hal kecil seperti menjelekkan sesama penghuni apartemen, maupun yang datang terang...