"Dani ...." Suara Cakra terdengar parau saat keluar dari kamar. Dia terlihat masih sempoyongan sisa mabuk semalam. Diliatnya sang istri tengah menyiapkan makan siang karena sarapan telah terlewatkan.
Danita beranjak dari tempatnya, lalu menghampiri Cakra dan memapahnya menuju meja makan.
"Kenapa kamu nggak bangunin aku? Padahal hari ini ada meeting penting," ujarnya setelah duduk di salah satu kursi.
"Aku udah bilang sama Mama kalau hari ini Mas nggak enak badan. Jadi beliau yang wakilkan. Kebetulan di sana ada Bi Siti yang bantuin jaga Arka sebelum dianterin sore nanti."
Cakra tak menjawab. Dia hanya terdiam memperhatikan Danita setelah menenggak habis air putih yang sudah disediakan istrinya.
"Danita!" Cakra menggenggam pergelangan tangan perempuan itu saat dia hendak berlalu kembali. "Semalam aku nggak macam-macam, kan?"
Danita terdiam. Matanya menyorot tak bersahabat, tapi rekah senyum bibir itu menunjukkan respons sebaliknya.
"Nggak, kok. Sesampainya di rumah mas langsung tidur."
"Syukurlah." Cakra menghela napas lega. "Maaf semalem aku ninggalin kamu."
Danita kembali termangu. Ego dalam diri membuatnya ingin memaki, tapi logika memaksanya untuk bertahan dalam kepura-puraan.
Keinginannya untuk mempertahankan Cakra jelas lebih besar daripada egonya semata. Dia tak ingin mengambil risiko kehilangan, hanya karena mengedepankan apa yang perasaannya inginkan.
Danita tersenyum lagi. Dia tangkup wajah Cakra sejenak. Kemudian memeluknya.
"Nggak apa-apa, Mas. Selama kamu tahu caranya kembali. Pergi sejauh apa pun akan kutunggu."
***
Melinda keluar dari unitnya bersama seorang gadis lugu bernama Tiffany. Dia adalah salah satu pelanggan tetap Room Service-nya yang rutin datang tiap minggu seperti Bu Kira. Tiffany mengidap gangguan mental anti sosial. Dia juga merupakan korban bullying yang tak berani speak up. Kedua orangtuanya sibuk bekerja. Akibatnya Tiffany kurang perhatian dan sering ditinggalkan sendirian.
Bermula dari salah sambung, mengantarnya berakhir di sini. Sudah enam bulan. Dan kondisinya berangsur pulih.
"Kalau ada apa-apa nggak usah sungkan buat hubungi kakak, ya!" ingat Melinda sembari mengusap rambut gelombang Tiffany yang terurai panjang.
"Iya, Kak." Gadis itu tersenyum dan melambaikan tangan. Bersama dengan masuknya Tiffany ke dalam lift, seseorang keluar dari sana.
Melinda memicingkan mata. Dia tertegun setelah melihat siapa sosok yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Mbak Dani."
Perempuan dengan perut buncit itu menyunggingkan senyum lembut.
"Apa kabar, Mel? Padahal kita tinggal di gedung yang sama, ya. Tapi susah banget mau ketemu."
Melinda tersenyum getir. Sembari mempersilakan Danita masuk dia menjawab. "Aku pikir Mbak sibuk, makanya sungkan mau datang ke sana."
"Iya, sih. Akhir-akhir Mas Cakra mendadak lengket banget. Waktu pesta aja dia nyuruh buru-buru pulang. Katanya acaranya nggak menarik. Kan, mbak jadi nggak enak sama Pak Indra dan istrinya." Danita terkekeh. Entah di mana letak lucunya. Melinda pun tak mengerti.
"Duduk dulu, Mbak! Biar aku ambilin minum. Mbak Dani pasti mau tanya banyak hal tentang apa yang udah terjadi akhir-akhir ini," sahut Melinda.
"Eh, nggak usah, Mel. Mbak cuma mampir aja, kok." Danita mencekal pergelangan tangan Melinda yang baru saja hendak beranjak menuju dapur. "Lagian itu privasi. Kamu juga udah dewasa, udah bisa nentuin mana yang baik dan mana yang enggak. Mungkin ini salah mbak sama Oma yang kurang ketat didik kamu. Akhirnya kamu malah milih jalan yang nggak baik. Zaman emang udah berubah, sekarang pelacur juga bisa bersembunyi di balik pekerjaan yang sebagian orang anggap mulia."
Deg!
Melinda membalikan tubuhnya. Pupil matanya membesar. Dia benar-benar tak percaya dengan kata-kata pedas yang baru saja meluncur mulus dari mulut kakaknya.
"Beruntung masih ada yang mau tanggung jawab. Mbak saranin kalau kalian udah nikah buru-buru pindah aja, ya! Sebelum kamu makin bikin malu nama baik keluarga. Takutnya makin banyak orang yang speak up."
Rahang Melinda mengatup rapat. Dia menepis tangan Danita yang semula menggenggam pergelangan tangannya.
"Mbak, kok, gitu?"
***
PROMO PDF ROOM SERVICE KHUSUS BULAN JUNI. ONLY 15K UDAH SAMPAI TAMAT + EXTRA PART!
Info pemesanan : 083120321347
KAMU SEDANG MEMBACA
Room Service
FanfictionMelinda menyediakan jasa pelayanan kamar khusus di sebuah unit apartemen elite di pusat kota. Banyak rahasia yang sudah dia simpan dari para pelanggannya. Mulai dari hal kecil seperti menjelekkan sesama penghuni apartemen, maupun yang datang terang...