Berusaha Merelakan

2.2K 132 0
                                    

"Jadi, sekarang rencana lo gimana?" David bertanya tentang keputusan Candra setelah diskusi panjang mereka.

"Gue bakal tetep nikahin Melinda dan lamar dia di acara ulang tahun papi di aula apartemen akhir pekan ini," pungkasnya.

"Terus kalau masa lalu lo sama Danita kebongkar gimana?"

"Setiap tindakan selalu ada resikonya, Dave. Dan gue udah siap untuk itu. Setidaknya gue masih punya itikad baik buat tanggung jawab walaupun kehamilan Melinda bukan sepenuhnya salah gue."

"Tapi pernikahan kalian terjalin bukan atas dasar cinta. Lo mau semuanya berakhir kayak papi, Bu Nina, dan mami?"

"Nggak semua pernikahan yang berawal tanpa cinta itu berakhir dengan perpisahan, David. Selalu ada jalan untuk orang yang mau berusaha. Sebisa mungkin gue akan berusaha mempertahankan pernikahan kita nanti. Gue yakin Cakra pun begitu. Dia cuma perlu dihajar dulu biar sadar."

"Lo bisa ngomong sesantai ini seolah-olah udah bener-bener bisa lepas aja dari masa lalu. Padahal gue tahu gimana bucinnya lo sama Danita dulu."

"Sesuatu bisa berubah seiring berjalannya waktu. Begitu juga dengan perasaan. Lagian gue yakin Danita bahagia banget bisa bersanding sama Cakra. Udah saatnya juga Melinda keluar dari pusaran neraka, gue prihatin dengan kondisinya, dia terlalu banyak memendam perasaan sampai kayak kehilangan jati dirinya. Padahal dia cuma perlu cari orang yang tepat, bukan malah menarik diri dan tersesat."

"Jadi, lo ngerasa bisa jadi orang yang tepat buat Melinda? Terus nuntun dia buat kembali menemukan jati dirinya, dan menyembunyikan fakta tentang siapa lo sebenarnya."

"Gue nggak merasa kayak gitu, tapi gue akan berusaha jadi seperti itu. Kesalahan di masa lalu bukan tolak ukur buat menilai seburuk apa kepribadian seseorang di masa depan, kan? Melainkan proses pembelajaran menuju pribadi yang lebih baik lagi."

David tertegun dibuatnya.

"Ternyata lo banyak berubah, Bang. Dua puluh empat tahun kita tumbuh sama-sama. Abang yang selama ini gue kenal arogan, tempramen, dan sedingin freezer es krim ternyata punya sisi lembut juga. Jangan-jangan dari awal kenal lo emang udah tertarik sama Melinda."

" .... "

Tak ada jawaban. Candra hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Gue anggap diam lo sebagai jawaban. Ngomong-ngomong lo nggak takut gue bongkar semuanya saat ini juga?"

Lagi-lagi Candra tersenyum. Dia menepuk bahu Dave sebelum kembali mendaratkan bokong di kursi kebesarannya.

"Gue percaya sama lo, Dave. Dan yakin sifat itu masih ada dalam diri lo."

Mendengar itu David terdiam lama.

***

"Beneran udah baikan? Nggak mau dirawat beberapa hari lagi gitu?" tanya Dini saat Melinda mulai mengemasi barang-barang setelah diizinkan Candra untuk pulang setelah dirawat sehari semalam.

Perempuan itu mengangguk pelan. Rona di wajahnya kini mulai kembali dan tak sepucat hari itu.

"Udah. Lo nggak usah khawatir. Lagian kemarin gue demam juga efek kehamilan sama banyak pikiran. Sekarang udah nggak kenapa-napa, kok."

Dini mendesah lelah. Lalu menggenggam jemari Melinda.

"Dari kemarin Bang Cakra ngga ada nengok, ya, Mel? Padahal waktu itu gue masih inget gimana paniknya dia pas tahu lo sakit."

Melinda tersenyum kecil.

"Ada seseorang yang jadi prioritasnya, dibanding gue yang cuma adik ipar, Din. Lo tahu arti goyah?"

Dini menggeleng pelan.

"Itu adalah keadaan di mana seseorang bingung dengan perasaannya sendiri. Dia pergi cari pelarian, terus singgah sebentar, tapi ujungnya kembali pada tempat yang seharusnya."

Melinda terdiam. Pikirannya kembali melayang pada malam kebersamaannya dengan Cakra hari itu. Sementara Dini mendengarkan dengan saksama.

"Din, sebenarnya saat itu gue sama Mas Cakra nggak bener-bener ngelakuinnya."

"Maksudnya?" Dini mengernyitkan dahi.

"Hampir. Karena dia tiba-tiba berhenti di tengah jalan dan minta maaf. Gue yakin saat itu dia pasti tiba-tiba inget Mbak Dani." Ada senyum getir yang tersemat di balik tatapan sayu itu.

Dini menatap nanar, lalu berujar lirih. "Pasti sakit, ya, Mel?"

"Sebenarnya lebih kepada malu, sih, Din. Malu sama diri gue sendiri. Malu karena biarin celah itu kembali terbuka, malu mengakui kalau perasaan Mas Cakra ke gue emang udah mulai terkikis." Meskipun tatapan Melinda masih setenang biasanya, tapi nada getir dan sorot mata sendu itu tetap tak bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan di dalamnya. Luka itu masih ada. Belum sembuh, dan bersarang amat dalam.

"Mel ...." Mata Dini mulai berkaca-kaca. Dia menarik Melinda dalam pelukan.

"Habis ini kita ke ruangan Mbak Dani dulu, ya. Nengokin sekalian pamit pulang duluan," ujar Melinda kemudian.

"Mel, gue cuma bisa berharap semua pengorbanan lo nggak sia-sia dan Dokter Candra bisa jadi pengganti yang lebih baik dari Bang Cakra."

Melinda menatap Dini sejenak. Ada harapan dibalik tatapan keputusasaan itu. Walau bagaimana pun dia juga mendambakan sebuah kebahagiaan dalam sebuah rumah tangga nantinya.

"Ya, semoga."

.

.

.

Akhirnya Room Service Open PO juga, gaes. 💃💃💃

Mau tahu kelanjutan kisah si kembar dan kakak beradik Melisa dan Danita, yuk order mulai sekarang 😍

Mau tahu kelanjutan kisah si kembar dan kakak beradik Melisa dan Danita, yuk order mulai sekarang 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gratis dompet songket dan TTD untuk pemesanan khusus ke otor (Diutamakan Bandung dan Jabodetabek)

Hub. 083120321347

Untuk pemesanan via penerbit bisa melalui Shopee dan Tokopedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pemesanan via penerbit bisa melalui Shopee dan Tokopedia. Gratis ongkir Seluruh Indonesia 😍

https://shopee.co.id/masyarakatbuku/13307306476?smtt=0.0.9

Room Service Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang