Chapter 20

235 41 33
                                    

AN : Mumpung ngerangkai katanya ngalir. Bocah bobo dari Maghrib Up lagi ini. Semoga kalian suka sama chapter ini. Happy reading. Jangan lupa tinggalkan jejak buat penyemangat. 😍

❤❤

"Maafin Daddy ya, Nak?"

Chaeyoung mengangguk. Kembali memeluk Tuan Park disampingnya.

"Maafin aku juga ya, Dad?"

Tuan Park menggeleng, "Daddy yang harus meminta maaf, kamu gak salah. Daddy yang terlalu egois, Daddy yang terlalu keras. Daddy juga yang terlalu sombong merasa benar sendiri. Maaf ya?"

"Sudah lama aku maafin. Aku hanya tidak berani untuk pulang."

"Daddy gagal jadi orang tua. Mana ada orang tua tega membuat susah anaknya? Maaf ya? gara-gara Daddy kamu banyak menderita? Daddy kira kamu hidup bersama Mark membesarkan anak bersama. Tapi kenapa semua tidak seperti perkiraan Daddy?" tangan Tuan Park meraba-raba wajah Chaeyoung sayang.

"Maaf karena menderita selama ini karena ke egoisan Daddy?" lanjutnya kembali menangis tersedu. Nyonya Park masih menangis sambil mengelus-ngelus bahu Chaeyoung. Memberikan kekuatan.

Jadi posisinya itu mereka bertiga duduk dalam satu sopa. Bersebelahan, saling berpegangan tangan, sesekali merangkul dan berpelukan. Mencurahkan semua perasaan mereka selama ini. Saling merasa bersalah dan memaafkan satu sama lain.

"Semuanya sudah terjadi. Mungkin ini juga sudah takdirku. Ini resiko yang harus aku tanggung karena perbuatan aku sendiri, kan? Daddy dan Mommy jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Yang terpenting sekarang Daddy sama Mommy sudah ada disini. Terima kasih ya, sudah mau memamafkan anak bandel ini?"

Lagi-lagi Chaeyoung mendapatkan pelukan dari keduanya. Dan merasakan bahagia yang teramat. Selama ini Chaeyoung tidak pernah membenci orang tuanya, tidak pulang bukan berarti benci, dia hanya tak ingin dan tidak berani lebih tepatnya. Dan ini benar-benar surprise seperti apa yang dikatan Daniel. Sangat surprise!

Jadi kemana si pemberi surprise? Chaeyoung mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari sosok Daniel. Ingin cepat-cepat menemukannya dan memberikan pelukan terima kasih. Pasalnya orang tuanya sudah bercerita selama tiga hari ini Daniel sengaja selalu menjelaskan banyak hal atas apa yang dilalui Chaeyoung, dibantu Jinyoung dan ibunya juga tentu, saksi nyata perjuangan Chaeyoung selama ini. Jadi wajar sedikit banyaknya orang tua Chaeyoung sudah paham dengan apa yang terjadi.

Bahkan Jinyoung tidak luput sedikit memberi bumbu-bumbu dramatis untuk cerita Mark yang mengalami depresi. Tujuan Jinyoung hanya ingin Tuan Park luluh bisa menerima Mark. Hanya itu. Jadi beginilah adanya. Chaeyoung sangat tidak menyangka pertemuan dia dengan orang tuanya tidak serumit yang dibayangkan dan semenakutkan yang ada pada pikirannya.

Ibu Jinyoung datang dengan nampan minuman di pangkuannya. Chaeyoung langsung berdiri, cepat mengambil alih nampan menyimpannya di meja.

"Daniel beralasan panggilan darurat ke toilet, tapi percayalah pasti sekarang dia sedang menangis, menghabiskan tisue."

Semuanya tertawa dengan apa yang di ucapkan ibunya Jinyoung. Walaupun itu hanya sebuah gurauan, tapi kenyataannya memang seperti itu. Daniel tidak ingin terlihat cengeng. Padahal dia yang sebenarnya paling banyak mengeluarkan air mata dari awal pertemuannya dengan Chaeyoung. Wajarkan mereka sudah terlalu lama terpisah. Sudah pasti sangat membahagiakan jika keadaannya menjadi seperti saat ini. Baik-baik saja.

"Kamu gak ngajak si kembar?" tanya Nyonya Park.

"Si kembar sedang jalan-jalan bareng Jinyoung dan Jisoo. Sepertinya sebentar lagi pulang." Jawab Chaeyoung seraya melihat jam tangannya yang menunjukan pukul lima sore.

Could Be DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang