Pertemuan 1

1.1K 157 31
                                    

Sesibuk apapun Jinyoung, untuk masalah anak-anak dia selalu menomor satukannya. Bagi dia, membahagiakan mereka termasuk membahagiakan diri sendiri. Dia seorang CEO untuk perusahaan Park Corp, tapi dia juga tidak melupakan kalau dia seorang Ayah untuk Jourell dan Jean. Dia selalu meluangkan waktu dari rutinitas pekerjaan untuk kedua jagoannya. Kedua sumber kebahagiannya. Semangat hidupnya.

Siang ini seharusnya dia menghabiskan waktu istirahatnya dengan bersantai, menikmati hidangan makan siang yang akan memanjakan lidah dan perutnya. Bukan seperti saat ini, terjebak di tengah Mall mencari si kembar. Siapa lagi kalau bukan Jourell dan Jean yang mendadak menghilang dari pandangan, hanya karena ditinggalkan untuk ketoilet beberapa menit yang lalu.

"Ya ampun! Dimana mereka?" gerutu Jinyoung masih dalam langkah yang cepat dan pandangan yang dia edarkan keberbagi arah.

Berbagai counter yang biasa Jourell dan Jean datangi sudah Jinyoung kunjungi. Tapi hasilnya nihil, mereka tidak ada disana. Padahal Jinyoung tau, kalau si kembar hanya akan berkunjung pada counter mainan, buku dan cafetaria jika mengunjungi Mall. Dan sekarang mereka tidak ada disemua counter itu.

"Apa mereka pulang? Ah tidak mungkin. Mana bisa mereka pulang sendiri." Jinyoung bermonolog. Melanjutkan langkahnya mencari Jourell dan Jean.

"Permisi, apa melihat dua anak kecil? Wajahnya serupa." Jinyoung bertanya pada beberapa karyawan yang sedang berkumpul.

"Apa anak laki-laki?" jawab salah satu karyawan. Jinyoung hanya menganggukan kepala.

"Tadi aku melihatnya, mereka masuk ke dalam counter olahraga tuan," lanjut karyawan yang tadi sambil menunjukan dimana letak counter olahraga, yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat Jinyoung sekarang berada.

Jinyoung membungkukan badannya sedikit, mengucapkan terima kasih dan pamitan untuk segera pergi ke counter olahraga. Langkahnya ia ambil sedikit terburu. Hampir menjadi lari kecil. Jinyoung benar-benar khawatir. Apalagi kalau Chae Young tau.

Jinyoung sampai di counter itu dengan sedikit terengah. Dia mengedarkan pandangan hanya mencari sosok si kembar, lalu penglihatannya mendapatkan si kembar sedang berdiri di tempat pembayaran dengan seseorang yang tidak dikenal. Baru saja Jinyoung akan bernapas lega, tapi sepertinya tidak jadi. Pikiran negatif tentang orang yang sedang bersama Jourell dan Jean kembali membuat hati Jinyoung was-was. Laju jantungnya bertambah cepat, lagi.

Dengan sedikit rasa emosi, khawatir dan takut yang bercampur menjadi satu, Jinyoung melangkahkan kakinya dengan cepat. Niatnya akan sedikit memberi pelajaran pada orang yang sedang bersama si kembar, bukan pelajaran semacam tonjokan dadakan. Tapi semacam bentakan shock terapi. Berlaga memergoki pencuri anak. Karena dalam pikiran Jinyoung orang yang bersama Jourell dan Jean itu penculik anak-anak yang sedang di isukan akhir-akhir ini.

"Sayang!" Jinyoung dengan cepat langsung merangkul si kembar. Yang dirangkul sedikit terkejut dengan datangnya Jinyoung yang secara tiba-tiba dan berlebihan.

"Kalian tidak apa-apa? Tidak ada yang terluka? Tidak ada yang sakitkan?" tanya Jinyoung pada si kembar dengan tangan yang ia sapukan pada seluruh bagian tubuh mereka. Memeriksa. Si kembar hanya menggeleng. Mark masih memperhatikan.

"Apa orang ini menyakiti kalian?" tanya Jinyoung lagi yang masih berjongkok dihadapan si kembar membelakangi Mark yang berdiri dibelakangnya dengan keheranan.

Si kembar kembali menggeleng. Masih merasa heran. "Syukurlah," ucap Jinyoung lega.

Jinyoung itu seorang CEO yang tegas, disiplin. Pembawaannya tenang, penuh wibawa dan tidak banyak bicara. Tapi, beda kalau dia sedang menjadi Ayah. Ya seperti ini. Sedikit berlebihan dan terkesan aneh. Seperti itulah Jinyoung. Perlu diingatkan lagi kalau si kembar nomor satu. Terlebih orang tua akan selalu seperti itu pada anak-anaknya. Memiliki proteksi tersendiri.

Could Be DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang